Selasa 19 Jan 2021 18:12 WIB

Vaksin Dosis Kedua yang Lebih Cepat Lebih Baik

Sinovac klaim efikasi vaksinnya bisa lebih tinggi bila dosis kedua diberi lebih lama.

Petugas kesehatan memotret rekannya seusai penyuntikan vaksin CoronaVac,  di Puskesmas Tanah Baru, Depok, Jawa Barat, Jumat (15/1). Vaksin dosis kedua dari Sinovac akan diberikan setelah 14 hari berselang.
Foto:

Ahli Epidemiologi dari Universitas Airlangga Surabaya, Dr dr M Atoillah Isfandiari MKes, menerangkan vaksin Sinovac mempunyai beberapa keunggulan. Seperti menggunakan platform lama yang sudah sangat dikenal produsen vaksin, yaitu inactivated virus atau virus yang dimatikan.

"Efek samping dari vaksin itu tercatat kurang dari 1 persen. Artinya, memiliki keamanan yang sangat tinggi, meskipun memiliki efikasi vaksin sebesar 65,3 persen. Efikasi vaksin sebesar itu bisa dibilang jauh lebih rendah dibanding vaksin lainnya," kata doktor yang akrab disapa Ato.

Ato mengatakan, Sinovac juga relatif mudah disimpan dan tidak membutuhkan cold chain atau rantai dingin yang canggih. Seperti vaksin Pfizer yang membutuhkan penyimpanan minus 70 derajat.

"Vaksin dari perusahaan China tersebut masih memungkinkan jika disimpan di dalam lemari pendingin biasa," ujarnya.

Ia menjelaskan, dikeluarkannya izin pakai darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sangat tepat, karena melihat semakin banyak korban Covid-19 berjatuhan. Terkait efek samping pascauji klinis dilakukan, Ato mengatakan, waktu ideal yang dibutuhkan adalah enam bulan untuk pemantauan agar mengetahui efek sampingnya.

Saat ini vaksinasi baru diprioritaskan untuk para tenaga kesehatan. Tapi tidak semua orang nantinya bisa divaksin.

Ketua Tim Advokasi Pelaksanaan Vaksinasi sekaligus juru Bicara Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Iris Rengganis menyampaikan sejumlah rekomendasi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) terkait siapa saja yang layak diberikan vaksin Covid-19. Iris menyebut tidak ada alasan bagi seseorang yang memiliki alergi untuk tidak divaksinasi.

"Walaupun dia sudah pernah ada riwayat alergi terhadap vaksin yang lain, belum tentu dia alergi vaksin ini. Jadi kita di sini mengatakan layak dengan pengawasan tentunya," kata Iris dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Selasa (19/1).

Iris menyebut hal tersebut sudah disampaikan kepada para dokter penyakit dalam di seluruh Indonesia yang disampaikan dalam empat kali seri. Tidak hanya seseorang yang alergi terhadap makanan, seorang pengidap penyakit asma bronkial juga layak untuk divaksinasi.

"Asma yang terkontrol itu semua bukan alasan untuk tidak divaksinasi. Untuk alergi rata-rata semua layak untuk divaksinasi, asal alerginya terkontrol," ujarnya.

Iris menambahkan, sedangkan yang belum layak menerima vaksin adalah seseorang yang mengidap penyakit autoimun. Hal tersebut lantaran penyakit autoimun banyak mendapat obat-obat yang menekan imun sistem atau yang disebut imun supresan. "Sehingga antibodi tidak bisa terbentuk dengan baik," ungkapnya.

Selain itu, seseorang yang mengidap HIV AIDS juga layak untuk divaksinasi. Asalkan CD4 (Cluster of Differentiation 4) menunjukkan angka lebih dari 200. "Kenapa itu, karena kalau di bawah 200 sistem imun tidak terbentuk dengan baik, antibodinya tidak terbentuk," jelasnya.

 

Sementara itu bagi penderita kanker apapun juga diperbolehkan untuk divaksinasi asal tidak dalam pengobatan kemoterapi. Hal tersebut lantaran dalam pengobatan kemoterapi menekan imun sistem. "Tapi kalau kanker yang sudah tidak dalam kemoterapi, itu bisa diberikan, nanti dokternya yang akan mengatakan bisa," ungkapnya.

Hingga hari ini, kasus penambahan Covid-19 masih belum menurun signifikan. Total orang yang terkonfirmasi positif sebanyak 10.365 orang.

Berdasarkan distribusi jumlah kasusnya, DKI Jakarta mencatatkan penambahan jumlah pasien sembuh paling banyak, yaitu 2.385 orang, dengan kasus positif sebanyak 2.563 orang dan kasus meninggal 40 orang.

Kemudian, Jawa Barat melaporkan kasus sembuh baru sebanyak 1.362 orang dengan kasus positif 1.684 dan 24 korban meninggal, Jawa Timur 814 orang sembuh dengan 972 orang positif dan 89 orang meninggal, Jawa Tengah mencatat 715 kasus sembuh baru dan kasus positif sebanyak 1.613 orang, dengan kasus meninggal sebanyak 104 orang.

Berikutnya, Sulawesi Selatan mencatat 510 kasus sembuh dengan 658 orang terkonfirmasi positif dan 1 kasus meninggal, Kalimantan Timur 389 sembuh, dengan 463 positif dan 9 meninggal. Sementara Bali, 227 orang sembuh dengan 247 orang positif dan 6 kasus meninggal akibat Covid-19.

Lebih lanjut, Satgas mencatat 1 provinsi yang melaporkan kasus baru di bawah 10, dan tidak ada provinsi yang hari ini melaporkan nol kasus Covid-19. Kemudian, Satgas Covid-19 juga mencatat kasus suspek sebanyak 76.971 orang di 510 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi seluruh Indonesia.

Sementara itu, spesimen yang telah diperiksa Selasa ini adalah sebanyak 70.634 spesimen, baik dengan menggunakan pemeriksaan realtime PCR (polymerase chain reaction) dan tes cepat molekuler (TCM), sehingga total spesimen secara kumulatif menjadi 8.433.961 spesimen.

Kabar baiknya, hingga hari ini pasien sembuh dari penyakit Covid-19 bertambah sebanyak 8.013 orang. Berdasarkan data yang dihimpun sampai dengan Selasa pukul 12.00 WIB, pasien sembuh tercatat bertambah 8.013 menjadi total 753.948 orang. Sementara, 10.365 orang terkonfirmasi positif, menambah total orang yang terkonfirmasi positif menjadi 927.380 orang. Adapun korban meninggal akibat Covid-19 tercatat masih tinggi hingga 308 orang, total menjadi 26.590 orang.

photo
Vaksin Covid-19 - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement