REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) telah mengubah rekomendasi bahaya untuk Gunung Merapi. Dasarnya, ada penurunan signifikan aktivitas kegempaan dan deformasi.
Kepala Seksi Gunung Merapi BPPTKG, Agus Budi Santoso menerangkan, sejak 4 Januari 2021 Gunung Merapi memang sudah memasuki fase erupsi lagi. Ditandai munculnya api diam, lava pijar dan material kubah baru di bekas Lava 1997.
Selain itu, sudah terjadi beberapa kali luncuran awan panas dengan jarak luncur terjauhnya 1,5 kilometer. Namun, Agus menekankan, erupsi yang ada masih terhitung kecil dan belum membahayakan permukiman penduduk sekitar.
Dia mengatakan, kegempaan sebenarnya sudah meningkat sejak Oktober 2020 dan puncaknya terjadi pada 1 Januari 2021. Meski begitu, aktivitas kegempaannya berangsur mengalami penurunan diikuti erupsi yang terjadi 4 Januari 2021.