REPUBLIKA.CO.ID, TAPIN--Lima jenazah ditemukan pascabanjir yang melanda Hulu Sungai Tengah dan sekitarnya di Kalimantan Selatan, sejak Senin (11/1). Warga menemukan lima jenazah tersebut di Desa Hantakan, kabupaten yang biasa disebut HST itu.
"Sudah ada 5 mayat ditemukan. Mungkin warga desa di kawasan hulu sungai," ujar Plt Kepala Desa Hantakan, Sri Winda saat membagi logistik untuk korban banjir, Sabtu (16/1).
Ia menambahkan, berdasarkan keterangan warga, banyak yang menyaksikan salah satu korban hanyut melambaikan tangan meminta pertolongan bertengger di atas atap rumah.
Sri Winda menuturkan, ada sekitar 300 warga yang tinggal di Desa Hantakan. Beberapa hari lalu, desa ini sempat lumpuh total. "Alhamdulillah, hari ini sudah banyak berdatangan bantuan mungkin karena akses jalan sudah bisa dimasuki menuju ke sini. Iya logistik sangat diperlukan," ujarnya.
Seorang tokoh masyarakat Muhammad Rifani menyampaikan hal serupa. Ia bahkan memperkirakan masih ada mayat yang belum ditemukan. "Korban jiwa diperkirakan mencapai puluhan orang, karena sekarang sudah ada lima mayat yang ditemukan," katanya.
Sementara, untuk laporan orang hilang masih belum terverifikasi. Ia memperkirakan ada puluhan orang juga yang hilang. "Sementara kami di sini masih menangani bantuan logistik," ujar pria yang akrab disapa Datu Manggasang itu.
Ia menambahkan, sampai Sabtu (16/1), warga terdampak banjir di Desa Hantakan masih memerlukan sejumlah logistik. Antara lain, bahan makanan seperti beras, mi instan, hingga perlengkapan bayi dan air bersih. "Kalaunya untuk pakaian mulai mencukupi, pakaian dalam saat ini sangat dibutuhkan terutama wanita," tambah Datu Manggasang.
Dia menerangkan, ada kampung yang disapu habis oleh banjir. Diperkirakan banyak korban jiwa berasal dari kawasan hulu sungai Desa Hantakan, yakni, permukiman penduduk di Daerah Aliran Sungai (DAS) Hantakan.
Menurut informasi warga, malam itu sekitar 22.00 WITA banjir tiba-tiba menerjang Desa Hantakan. Banyak warga hanya bisa menyelamatkan diri dan keluarga menuju dataran tinggi.
"Cuma sempat menyelamatkan anak anak langsung ke sini (sekarang jadi pengungsian). Rumah habis tinggal tunggul (tonggak tiang pancang kayu ulin)," ujar seorang wanita dengan bayinya di pengungsian.
Berdasarkan pemantauan di lapangan, situasi Desa Hantakan yang berada di pinggiran DAS itu porak poranda. Fasilitas umum, pasar dan banyak rumah hancur menyisakan puing-puing. Selain itu, masih terdengar gemuruh dari debit air yang berangsur menyusut.
Sementara warga terlihat membersihkan perabotan dari balutan lumpur di dalam rumah. Banyak anak-anak, wanita dan usia renta yang membutuhkan logistik. Puskesmas rawat inap di Desa Hantakan menjadi tempat pengungsian sekaligus posko utama di Kecamatan Hantakan jaraknya sekitar 500 meter dari kampung.