Kamis 14 Jan 2021 14:40 WIB

Raffi Ahmad dan Pesan Epidemiolog Agar Vaksinasi tak Sia-Sia

Epidemiolog ingatkan, vaksinasi tak buat seseorang kebal Covid-19.

Artis Raffi Ahmad disuntik vaksin Covid-19 usai Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakpus, Rabu (13/1).
Foto: Setkab
Artis Raffi Ahmad disuntik vaksin Covid-19 usai Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakpus, Rabu (13/1).

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Desy Susilawati

Foto artis Raffi Ahmad beredar luas sejak kemarin. Bila pada kemarin dia tampak terpotret menerima suntikan vaksinasi perdana di Istana Negara, maka di malam hari Raffi terfoto tanpa masker bersama istrinya di sebuah pesta ulang tahun.

Baca Juga

Kecaman pun bergulir untuk Raffi Ahmad. Dia dinilai tidak peka terhadap situasi pandemi yang belum berakhir. Foto Raffi tanpa masker juga dipandang sebagai kesia-siaan untuk sosok berpengaruh yang membuat mendapat kehormatan menerima suntikan pertama vaksin Sinovac di Tanah Air.

Epidemiolog dari Universitas Andalas Padang Sumatra Barat, Defriman Djafri, mengatakan, orang yang telah divaksin masih bisa atau ada kemungkinan terinfeksi Covid-19 jika tidak menerapkan protokol kesehatan dengan baik. "Kemungkinan dia terinfeksi juga ada, kalau tidak mematuhi protokol kesehatan meskipun telah divaksin," kata dia saat dihubungi, Kamis (14/1).

Ia menjelaskan orang yang sudah divaksin namun terinfeksi Covid-19 dikarenakan antibodi belum terbentuk dalam tubuh pascadisuntik vaksin. Perlu dipahami, lanjut dia, setidaknya butuh waktu 14 hari pascadisuntik vaksin agar antibodi atau kekebalan dalam tubuh terbentuk dengan maksimal.

Oleh sebab itu, jangan sampai ada anggapan bila telah divaksin maka akan langsung kebal terhadap virus. Padahal, kinerja vaksin dalam tubuh juga memerlukan waktu.

Apalagi dalam kasus Raffi, ia baru mendapatkan suntikan tahap pertama. Artinya proses vaksinasi Raffi belum selesai hingga ia menerima suntikan kedua.

Menurut Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia Provinsi Sumatra Barat tersebut kesalahpahaman itu bisa saja terjadi di masyarakat maka perlu diantisipasi sedini mungkin. Selain itu, vaksin Sinovac yang sudah tiba sebanyak tiga juta dosis di Indonesia belum diketahui apakah bisa menyesuaikan dengan mutasi Covid-19 jenis baru.

"Sebab vaksin dibuat dengan varian yang lama. Lalu pertanyaannya apakah mutasi virus ini sudah diantisipasi vaksin Sinovac," ujar Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Unand tersebut.

Lebih jauh, hal itu setidaknya butuh kejelasan dan vaksinolog merupakan orang yang bisa menjawab persoalan tersebut, katanya.

Pada intinya, meskipun vaksinasi telah dimulai pada Rabu (13/1) penerapan protokol kesehatan tetap wajib harus dilakukan oleh masyarakat. Tidak cukup hanya memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan menjaga jarak, Defriman menambahkan dua hal lain yakni membatasi mobilitas sosial serta menambah rutinitas mandi harus dilakukan agar lebih optimal.

Ia mengkhawatirkan program vaksinasi yang sudah dimulai membuat masyarakat jadi mengabaikan protokol kesehatan. "Jangan sampai yang ditakutkan epidemiolog itu seolah-olah vaksin ada, protokol kesehatan dilepas," kata dia.

Secara pribadi, ia mengaku telah berkali-kali menyampaikan kepada masyarakat bahwa protokol kesehatan tetap wajib diterapkan mengingat pandemi belum berakhir. Jangan sampai harapan pandemi Covid-19 berakhir pudar hanya gara-gara masyarakat sudah tidak patuh protokol kesehatan dengan dalih vaksin sudah ada.

"Oleh karena itu saya selalu ingatkan jangan harapan ini malah jadi bahaya ke depannya," kata Defriman. Ia juga menyoroti tindakan yang dilakukan oleh presenter Raffi Ahmad tidak terpuji dan tidak patut dicontoh masyarakat karena abai protokol kesehatan.

Sebagai seorang publik figur, dikhawatirkan sikap dan perbuatannya menjadi contoh buruk bagi masyarakat sehingga penerapan protokol kesehatan selama 11 bulan terakhir bisa sia-sia. "Apalagi Raffi Ahmad ini publik figur, dikhawatirkan ditiru oleh masyarakat," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement