REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kapasitas ruang perawatan di Rumah Sakit Dadi Khusus (RSDK), Kota Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, sudah terisi penuh, seiring perkembangan pasien Coronavirus Disease2019 (COVID-19) yang terus mengalami peningkatan. "Kami punya 12 kamar. Maksimal hanya menerima 10 kamar dan dua cadangan. Sebelumnya kosong sekarang sudah terisi penuh. Artinya, ini ada penambahan, karena penularan virus terus berkembang," ungkap Direktur RSDK, Dr Arman Bausat di Makassar, Rabu (13/1).
Namun demikian, dengan tingkat keterisian ruangan di rumah sakit itu di atas 90 persen, maka langkah-langkah dilakukan pihak rumah sakit tetap menjalankan standar perawatan penanganan pasien positif Covid-19 dan belum bisa menerima pasien rujukan. Selain itu, melihat laju penularan virus tersebut cukup tinggi, dia menyarankan yang harus diperbaharui adalah menjaga diri, serta memperketat protokol kesehatan, agar virus ini tidak menyebar. Sebab, virus tidak bisa masuk kecuali lewat hidung, mulut dan mata.
"Faktor utamanya akibat dari kelalaian. Bila kita terus abai (protokol kesehatan, Red) maka virusnya kembali menyerang. Pandemi ini tidak akan selesai sampai tahun 2021, makanya kita harus siap-siap," ujar dia.
Jumlah pasien positif yang dirawat sementara berjumlah 119 orang pasien. Sedangkan kapasitas tempat tidur hanya 200 unit, sehingga sangat terbatas. Bahkan, ada pasien meminta kamar tersendiri, tapi itu tidak bisa dipenuhi karena sudah penuh.
Pasien ODGJ berkurang
Terkait dengan pasien Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) yang terpapar Covid-19 di rumah sakit tersebut, kata dokter Arman, sudah berkurang, karena sembuh. Rata-rata tidak memiliki gejala berstatus Orang Tanpa Gejala atau OTG.
"Data terakhir per tanggal 7 Januari masih ada 68 orang ODGJ positif. Sebelumnya, ada 91 orang. Jadi ada OTG yang telah sembuh sehingga untuk kasus pasien gangguan jiwa sudah berkurang," ucapnya.
Banyaknya pasien jiwa yang terpapar, karena pihak rumah sakit juga menerima pasien rujukan, sehingga diduga penyebab penyebaran itu pasien rujukan dari luar yang masuk. Awalnya, pasien rujukan hanya di tes cepat, hasilnya non reaktif, namun setelah dites usap hasilnya positif.
Ketika pasien ODGJ ditemukan positif sebanyak 10 orang, langsung dilakukan tracing dan testing melalui tes usap. Ternyata jumlah bertambah, sehingga dilakukan pemisahan terhadap pasien Covid-19 dengan pasien lain di ruang isolasi.
Untuk penanganan pasien OTG, kata Arman, tetap dipantau kondisinya serta memberikan asupan vitamin dan istirahat yang cukup. Pasien jiwa berstatus positif pada umumnya memiliki nafsu makan bagus, dan tidak memerlukan terapi psikis. Kkarena tidak memikirkan penyakitnya. Hal ini berbeda dengan pasien umum normal, tentu stres memikirkannya.
"Kita hanya pantau saja dan berikan makanan. Bagi pasien ODGJ, menu makanan diambil alih katering yang menangani pasien Covid-19, sesuai perintah Gubernur semua harus terpenuhi gizinya. Tapi kalau sudah sembuh (ODGJ), kita kembalikan menu makanannya di rumah sakit lagi," katanya menambahkan.