Para pemimpin negara Teluk menandatangani dokumen selama KTT untuk menyelesaikan perselisihan mereka, meskipun isinya tidak segera dirilis.
Hubungan Israel
Menjelang KTT, Menteri Luar Negeri Kuwait Ahmad Nasser Al-Sabah mengumumkan pembukaan kembali wilayah udara dan perbatasan darat dan laut antara Arab Saudi dan Qatar.
“Ada banyak motif rekonsiliasi ini, termasuk upaya tanpa henti Kuwait untuk menyelesaikan krisis, periode panjang krisis tanpa mencapai perubahan posisi Qatar, serta tekanan Amerika, terutama dari [Presiden Donald] Trump, yang ingin mengukir prestasi sebelum meninggalkan Gedung Putih,” kata Al-Sofari.
Al-Sofari meyakini penurunan ketegangan merupakan “langkah awal” menuju normalisasi hubungan dengan Israel.
"Arab Saudi memiliki motif sendiri dalam rekonsiliasi ini karena ingin membuka hubungan baru di wilayah tersebut dan membuka jalan bagi bin Salman untuk segera menjadi raja Arab Saudi," kata Al-Sofari.
Kepresidenan Bin Salman di KTT Teluk hari ini adalah buktinya.
September lalu, Uni Emirat Arab dan Bahrain menandatangani normalisasi hubungan dengan Israel yang ditengahi AS, diikuti Sudan dan Maroko.
Kerugian ekonomi
Berbicara kepada Anadolu Agency, Jaber Al-Harami, analis politik Qatar, mengatakan tantangan dan risiko utama yang melanda kawasan itu mendorong langkah menuju rekonsiliasi Teluk.
“Tantangan regional dan tantangan Arab Saudi di Yaman, Irak dan Suriah, hubungan dengan Iran dan situasi ekonomi kerajaan yang terpuruk semuanya telah menciptakan keinginan politik yang serius untuk mengakhiri perselisihan dan menyelesaikan krisis,” kata Al-Harami.