Senin 11 Jan 2021 16:26 WIB

Harga Cabai di Tasikmalaya Meroket, Capai Rp 80 Ribu

Harga cabai naik karena stok sedikit lantaran musim hujan.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Dwi Murdaningsih
Salah seorang pedagang cabai di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Senin (11/1). Harga cabai di Kota Tasikmalaya mengalami kenaikan sejak awal tahun baru.
Foto: republika/bayu
Salah seorang pedagang cabai di Pasar Cikurubuk, Kota Tasikmalaya, Senin (11/1). Harga cabai di Kota Tasikmalaya mengalami kenaikan sejak awal tahun baru.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Harga komoditas sejumlah jenis cabai di Kota Tasikmalaya mengalami kenaikan. Berdasarkan pantauan Republika.co.id di Pasar Cikurubuk, jenis cabai yang mengalami kenaikan di antaranya adalah cabai rawit, cabai merah, dan cabai domba.

Salah seorang pedagang cabai di pasar itu, Irfansyah (30 tahun) mengatakan, "meroketnya" harga cabai terjadi sejak dua pekan terakhir. Ia menduga, kenaikan terjadi akibat kondisi cuaca yang terus hujan, sehingga membuat panen tak maksimal.

Baca Juga

"Harga cabai pada meroket. Pasokan jadi sedikit," kata dia, Senin (11/1).

Ia menyebutkan, kenaikan yang paligh tinggi adalah jenis cabai domba. Cabai yang dalam kondisi normal dijual dengan harga Rp 30 ribu per kilogam saat ini mencapai Rp 80 ribu per kilogram. Sementara untuk cabai rawit, harganya menjadi Rp 60 ribu per kilogram dari biasa Rp 25 per kilogram.

Kenaikan harga itu berdampak langsung pada penjualan. Apalagi, pasokan cabai juga mengalami kelangkaan.

Irfansyah mencontohkan, dalam kondisi normal ia biasa memasok cabai hingga 1 kuintal per hari. Namun, saat ini ia hanya bisa memasok 30 kilogram per hari.

"Pasokan dari Garut dan Jawa juga sulit. Kemarin mah gampang," kata dia.

Selain itu, konsumen di tempatnya juga mengeluhkan harga cabai yang tinggi. Konsumen yang biasanya membeli cabai 1 kilogram, saat ini hanya membeli 0,25 kilogram. Alhasil, pemasukan pedagang ikut menurun.

Seorang pedagang cabai lainnya, Lukman (26) mengatakan, kenaikan harga cabai juga membuat pemasukannya berkurang. Sebab, para konsumen mengurangi pembeliannya di pasar.

"Sepi dari kemarin yang beli," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement