REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Bencana longsor di Desa Cihanjuang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, yang menewaskan belasan orang berhubungan dengan isu kelayakan lahan untuk permukiman. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta warga setempat agar rela untuk direlokasi jika hasil kajian menghasilkan wilayah tersebut masuk zona rawan.
Ridwan Kamil mengatakan, sebuah lahan tidak serta merta bisa dijadikan pemukiman. Apalagi, jika daerah tersebut berada di dataran yang tidak stabil. Dari pantauannya, kata dia, lokasi bencana longsor masuk kategori rawan untuk dijadikan kawasan permukiman.
Karena itu, ia meminta semua pihak waspada, terlebih saat ini cuaca terbilang ekstrem. "Ini salah satu contoh terhadap lahan yang rawan untuk ditinggali," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat melakukan peninjauan ke lokasi, Ahad (10/1).
Selain itu, menurut Emil, pengembang permukiman bisa membangun kawasan hunian dengan memperhatikan aspek kelaikan dan kemanan. "Tidak sesederhana boleh atau tidak boleh, tapi kita sebagai masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama, karena tidak semua lahan layak untuk ditinggali dan tidak bisa dipaksakan," katanya.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo meminta kesediaan warga setempat di sekitar lokasi bencana direlokasi sementara. Kawasan tersebut akan dikaji mengenai kelaikan untuk tempat pemukiman.
"Kami harapkan ada kesadaran masyarakat di wilayah lokasi bencana untuk bersedia direlokasi. Kalau kawasan itu sudah diputuskan zona merah, masyarakat harus ikhlas melepaskan rumah dan tanahnya untuk direlokasi di tempat yang baru," kata Doni saat meninjau lokasi.
Tanah longsor terjadi di Desa Cihanjuang pada Sabtu (9/1) sore dan malam. Bencana itu berdampak pada belasan rumah warga dan menyebabkan setidaknya 13 orang meninggal dunia.
Doni mengatakan saat ini ada sekitar 150 orang yang sudah dievakuasi dari daerah terdampaklongsor ke posko pengungsian.