Jumat 08 Jan 2021 07:28 WIB

Mentan Canangkan Stabilitas Pasar Kedelai

Mentan targetkan dalam 200 hari ke depan produktivitas lokal harus dilipatgandakan.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meninjau tempat produksi tempe saat operasi stabilitas harga kedelai di Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Dalam operasi pasar tersebut, kedelai dijual ke perajin seharga Rp8.500 per kilogram dan diupayakan bertahan selama 100 hari ke depan untuk menekan harga kedelai di pasaran yang saat ini mengalami kenaikan.
Foto: Antara/Fauzan
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meninjau tempat produksi tempe saat operasi stabilitas harga kedelai di Semanan, Jakarta, Kamis (7/1/2021). Dalam operasi pasar tersebut, kedelai dijual ke perajin seharga Rp8.500 per kilogram dan diupayakan bertahan selama 100 hari ke depan untuk menekan harga kedelai di pasaran yang saat ini mengalami kenaikan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengunjungi perajin tahu tempe dan sekaligus melakukan gerakan stabilisasi pasokan dan harga kedelai di Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (7/1).

Gerakan stabilisasi ini menggandeng Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) serta Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo), dengan harga kedelai Rp 8.500 per kg di tingkat perajin sehingga kebutuhan kedelai terpenuhi.

Mentan Syahrul mengatakan konsumsi kedelai impor cukup tinggi karena harganya jauh lebih murah dibandingkan kedelai lokal. Saat ini, kenaikan harga terjadi secara global sehingga menimbulkan kendala di pasar lokal.

"Kontraksi pada kedelai terjadi secara global. Selama ini tempe tahu yang kita konsumsi banyak menggunakan kedelai impor karena harganya lebih murah. Pasokan kita aman, namun memang harga naik karena negara produsen mengalami kendala," kata Syahrul.

Kementan dengan stakeholder saat ini bersama-sama menjaga stabilitas harga kedelai di tengah polemik kenaikan harga. Syahrul menjelaskan ada tiga agenda yang akan dilakukan Kementan untuk terus memantau pasokan dan harga kedelai dalam negeri.

"Pertama, agenda SOS yakni stabilisasi harga, pasokan tidak boleh ada yang terganggu sehingga ketersediaan harus dipastikan aman. Harga tidak boleh terlalu turun dan tidak boleh terlalu naik, khawatirnya kontraksi ini hanya sementara," kata dia.

Mentan menambahkan agenda SOS ini berlangsung selama 100 hari. Kedua, agenda "temporary" (jangka pendek) yakni dalam 200 hari ke depan produktivitas lokal harus dilipatgandakan.

Ketiga, agenda jangka panjang Indonesia dapat memenuhi kebutuhan kedelai secara mandiri sehingga saat negara lain mengalami kendala tidak berimbas di dalam negeri.

"Masyarakat kita rata-rata pemakan tahu tempe jadi kedelai ini tidak boleh bersoal. Kita segera lakukan langkah konkret di lapangan sebagai upaya menstabilkan harga dulu. Mudah-mudahan harga stabil bukan hanya di Jakarta namun di Jawa, serta daerah lain juga," kata dia.

Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gapoktindo) Aip Syarifuddin mengapresiasi upaya pemerintah dalam menstabilkan harga di kalangan perajin. Ia mengakui saat ini produksi sudah kembali berjalan lancar dan perajin tahu tempe saat ini sudah bisa merasa aman dengan harga yang sudah disepakati.

"Ini benar benar sangat membantu. Kini harga dari Asosiasi Importir Kedelai Indonesia (Akindo) sudah Rp 8.500 per kilogram dan kami tidak menaikkan sepeser pun di perajin," tukas Aip.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement