Selasa 05 Jan 2021 20:23 WIB

Wiku Nilai Cara China Kendalikan Covid-19 Perlu Dicontoh

Menurut Wiku, Indonesia perlu mencontoh China dan Singapura dalam pengendalian Covid.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Andri Saubani
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.
Foto: Foto: Lukas - Sekretariat Presiden
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dirasa perlu belajar dari pengalaman negara lain yang berhasil menekan angka penularan Covid-19. Dua negara yang bisa jadi patokan adalah China, sebagai negara asal virus corona, dan Singapura, sebagai negara tetangga Indonesia.

Kasus positif Covid-19 di China hingga hari ini bertahan di kisaran 80 ribuan dengan total angka kematian 4.634 orang. China dianggap 'berhasil' menahan laju penularan bahkan setelah berselang satu tahun sejak kasus Covid-19 pertama kali ditemukan.

Baca Juga

Sementara Singapura, negara pulau yang memiliki populasi penduduk 5,8 juta jiwa juga berhasil menahan laju penularan Covid-19. Total kasus sampai saat ini sebanyak 58.749 orang dengan angka kematian 'hanya' 29 orang.

Kondisi China dan Singapura tentu jauh berbeda dengan Indonesia. Per Selasa (5/1) ini, Indonesia mencatatkan kasus konfirmasi positif Covid-19 sebanyak 779.548 kasus dengan 23.109 orang meninggal dunia. Angka ini jauh di atas laporan yang disampaikan China dan Singapura.

Indonesia memang memiliki tantangan besar dalam pengendalian penularan Covid-19 lantaran jumlah penduduk yang banyak dan kondisi geografis yang cukup rumit. Namun, dibandingkan dengan China yang jumlah penduduknya jauh lebih banyak dan kondisi geografis yang tak kalau rumit, Indonesia seharusnya bisa melakukan pengendalian yang lebih baik.

"Negara China adalah daratan yang besar dan kasusnya sangat sedikit. Beijing saja yang warganya puluhan juta, saat kasus masih sedikit mereka langsung bereaksi. Pengendalian yang mereka lakukan perlu dicontoh," ujar Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito dalam diskusi yang digelar BNPB, Selasa (5/1).

Indonesia, ujar Wiku, bisa mencontoh China sebagai negara dengan populasi yang besar. Sementara, Singapura bisa dijadikan referensi untuk pengendalian Covid-19 di wilayah yang relatif kecil dan kondisi geografis kepulauan.

Wiku menyebutkan, China dan Singapura memiliki kesamaan yakni keberhasilan dalam memutus mata rantai penularan. Kedisiplinan warga dan keteguhan pemerintah daerah setempat dalam menegakkan disiplin protokol kesehatan, menurutnya, patut diacungi jempol.

"Yang bisa kita ambil pelajaran, saat mereka berhasil memutus mata rantai, virus yang beredar sedikit. Kalau virus masih beredar di tengah masyarakat, maka penularannya pasti tinggi. Kalau di Indonesia, virusnya masih banyak bersikulasi karena masih diberi kesempatan oleh orang Indonesia yang masih bekerumun," kata Wiku.

China, menurut Wiku, telah melakukan langkah yang tepat sejak awal penanganan Covid-19 dengan melakukan pengereman penularan melalui pembatasan pergerakan penduduk. Hal ini pun didudukung oleh kedisiplinan masyarakat dan kapasitas testing yang tinggi.

"Kalau mobilitas penduduk tetap tinggi, berapapun yang dites ya tetap tinggi (angka positif). Apa gunanya kita menggarami laut. Keberhasilan mengerem ini kalau dites hasilnya negatif dan positivity rate kita rendah. Sekarang 18-20 persen harian," kata Wiku.

Duta Besar RI untuk Singapura Suryopratomo menambahkan, negera tetangga itu saat ini sedang fokus melakukan vaksinasi terhadap seluruh warganya. Vaksinasi akan dilakukan dalam kurun waktu satu tahun sampai akhir 2021. Singapura juga punya infrastruktur penyimpanan vaksin yang memadai, bahkan mengajukan diri sebagai hub-distribusi untuk vaksin Pfizer di kawasan Asia.

"Yang menarik, mereka menggerakkan relawan, yang tugasnya melakukan pengawasan di tempat publik untuk menegur pelanggar protokol kesehatan. Denda pun diberikan bagi yang tidak patuh," kata Suryopratomo.

Ia menyampaikan, pengawasan level lokal ini berjalan sangat efektif dan berhasil membuat warga Singapura patuh menjalankan protokol kesehatan. Hal ini juga sukses menurunkan kurva penularan dan membawa Singapura kini siap menjalankan vaksinasi.

Indonesia sendiri, ujarnya, segera mengadopsi sistem pelacakan digital bagi seluruh WNI. Cara ini sudah jauh lebih dulu diterapkan Singapura untuk memantau siapapun warganya yang positif Covid-19 dan melacak siapapun orang yang pernah melakukan kontak dekat. Bila masuk dalam daftar kontak erat, maka ambulans dari fasilitas kesehatan akan otomatis menjemput tanpa melakukan pemberitahuan lebih dulu.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk China Djauhari Oratmangun juga mengungkapkan bahwa pemerintah China melakukan pengendalian Covid-19 dengan menggandeng seluruh pemerintah daerah di sana. Menurutnya, setiap provinsi di China memiliki sistem pengawasan pergerakan warga yang berjalan dengan baik. Sama dengan Singapura, China sudah menerapkan digital tracing kepada setiap warganya.

"Tiga bulan terakhir saya dapat undangan menuju ke berbagai daerah, setiap ke daerah saya selalu di-swab," katanya.

photo
Indonesia sumbang 0,89 persen kasus Covid-19 di dunia - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement