REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Produsen Tempe di Kampung Tempe, Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara mulai produksi setelah mogok produksi sejak Jumat (1/1) hingga Ahad (3/1).
"Kami mogok kerja sejak Jumat (1/1) selama tiga hari, karena harga kacang kedelai naik," kata Produsen Tempe, Sunoto.
Dia menyatakan, produksi yang dilakukan pada hari pertama masih dalam jumlah kecil karena harga kacang kedelai belum ada penurunan harga. "Harga kacang kedelai naik dari dari Rp 76 ribu per kuintal atau 100 kilogram menjadi Rp 93 ribu," ungkap Sunoto.
Sunoto berharap adanya penurunan harga kacang kedelai, agar penjualan tempe kembali normal. Sebelum kenaikan kedelai, harga tempe dijual per potong sebesar Rp 5.000.
Namun, setelah kenaikan, tempe dijual sebesar Rp 6.000 atau naik sebesar Rp 1.000. Menurut Sunoto, untuk menyiasati mahalnya harga kacang kedelai, produsen tempe melakukan pengurangan ukuran tempe. Walaupun upaya itu mendapatkan keluhan dari pelanggan dan masyarakat. "Kalau orang-orang mengharapkan harga turun," ujar Sunoto.
Sebelumnya, sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tergabung Pusat Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta menghentikan sementara proses produksi pada 1-3 Januari 2021.
Sekretaris Puskopti DKI Jakarta, Handoko Mulyo, di Jakarta, Jumat, mengatakan aksi tersebut merupakan bentuk protes terhadap kenaikan harga bahan baku kedelai dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram (kg).
Handoko mengatakan aksi mogok produksi itu telah disampaikan kepada sekitar 5.000 produsen maupun pedagang tahu dan tempe di DKI Jakarta melalui surat nomor 01/Puskopti/DKI/XII/2020 yang dikeluarkan Puskopti DKI Jakarta pada 28 Desember 2020.