REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan A, Amri Amrullah, Meiliza Laveda
Blusukan Menteri Sosial Tri Rismaharini atau Risma di beberapa kawasan tempat tinggal pemulung di kolong jembatan di wilayah Jakarta Pusat berujung pada penertiban lokasi-lokasi tersebut. Pemerintah Kota Jakarta Pusat (Pemkot Jakpus) belakangan menertibkan para pemulung dan gelandangan dan berencana mengubah kolong jembatan yang selama ini menjadi tempat tinggal pemulung dan gelandangan menjadi taman.
Risma memang sempat berdialog dengan para pemulung dan gelandangan saat blusukan pada awal pekan terakhir Desember 2020 lalu. Ia juga menyaksikan langsung salah satu lokasi hunian para gelandangan. Di kolong jembatan Jalan Pramuka misalnya, ia melihat kasur gulung lusuh, almari butut, perangkat mandi, dan sandal jepit berserakan di sekitarnya, yang ditinggal penghuninya.
“Bapak-ibu saya carikan ‘rumah’ jadi enggak perlu ada biaya ngontrak. Tetap cari sampah seperti ini. Nanti sampah dari Kementerian Sosial bisa untuk bapak. Sambil saya ajari usaha. Masak mau terus kaya gini, ya. Mau ya,” kata Risma saat itu.
Pada Senin (4/12), Risma kembali turun ke jalan menyapa masyarakat Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS). Kali ini, Risma menyusuri jalur pedestrian di Jalan Thamrin persis di sisi kanan Plaza UOB, Jakarta Pusat, dan menemui beberapa gelandangan sambil mengajak mereka menempati penampungan sementara.
Dengan berjalan kaki, Risma mendapati tiga PPKS. Seperti biasa, dia menyapa dan berdialog dengan mereka termasuk menanyakan asal kampung halaman, dan tidak kalah penting meminta kesediaan mereka mendapatkan pembinaan.
Risma bertemu dengan perempuan berkaos merah mudah, menenteng tas plastik merah tengah duduk di trotoar di Jalan Baturaja di sebelah Plaza Bank UOB, Jakarta Pusat. Dalam perbincangan dengan Mensos, perempuan ini diketahui bernama Fitri.
“Tinggal dimana?” Mensos bertanya. Namun, Fitri hanya menjawab pendek. “Tidak punya rumah," kata Fitri. Selebihnya pertanyaan Mensos tidak banyak dibalas oleh perempuan yang diduga menderita kusta ini.
“Ibu mau ikut saya ya. Nanti saya kasih tempat tinggal. Mau ya? Mau? Tapi ibu jangan kemana-mana. Nanti ada yang jemput,” kata Mensos. Lalu tampak ia berkoordinasi dengan staf untuk mengirimkan armada penjemputan.
Gaya blusukan Risma di wilayah DKI Jakarta sejak resmi menjabat sebagai Mensos mendapatkan respons dari pemerintah daerah setempat. Pelaksana Harian Wali Kota Jakarta Pusat (Jakpus) Irwandi mengaku sudah tahu sejak lama bahwa terdapat sejumlah pemulung yang tinggal di bawah flyover di Jalan Pramuka, Salemba.
Pihaknya pun sudah beberapa kali meminta para pemulung itu untuk pindah ke rumah susun (rusun). Namun, mereka menolak dengan alasan jauh dari tempat mereka biasa bekerja.
"Yang dekat bukan rusun namanya, tapi apartemen. Nanti akan kita paksa mereka buat nerima rusun itu. Kita akan segera kosongkan kolong flyover itu," kata Irwandi yang dikonfirmasi sehari setelah blusukan Risma.
Pada Ahad (3/1), Irwandi menginformasikan bahwa, Pemkot Jakpus bakal mengubah kolong jembatan di Kelurahan Pegangsaan, Menteng, menjadi taman. Tujuannya agar tak ada lagi tunawisma yang tinggal di sana.
"Kita tak mau kolong jembatan ini jadi kumuh, nanti ditempati tunawisma lagi,” kata Irwandi, Ahad (3/1).
Pengerjaan telah dimulai dengan membersihkan area di kolong jembatan tersebut pada hari ini. Puluhan pasukan kebersihan dikerahkan untuk membersihkan kolong jembatan yang tepat di bantaran Kali Ciliwung itu.
"Saat ini sedang dikosongkan dulu, pembersihan. Semua sudin seperti SDA, Bina Marga, Pertamanan dan yang lain akan berkolaborasi di bawah koordinasi Sekko dan Asekbang, membuat desain dan menyiapkan konsep penataan ini,” kata Irwandi.
Kolong jembatan itu nantinya bakal dibuat serupa Terowongan Kendal yang berlokasi dekat Stasiun Sudirman. Sementara, tunawisma yang biasa tinggal di sana akan dicarikan rusun oleh Suku Dinas Perumahan Jakpus.
"Akan dibuat mural, bisa buat anak-anak bermain juga. Menjadi tempat rekreasi dan interaksi," kata dia.
Namun, Irwandi membantah bahwa langkah itu diambil menyusul blusukan Risma.
"Bukan karena Bu Risma. Tidak ada kaitannya," kata Irwandi kepada Republika, Senin (4/1).
Citra politik blusukan
Pengamat Politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio menilai, aksi blusukan Risma sah-sah saja untuk dilakukan, asal tidak mengabaikan tugas utamanya sebagai menteri sosial. Hendri mengingatkan, saat ini Risma punya tugas besar mengurusi bantuan sosial (bansos).
"Jika Bu Risma punya niat dan intensi ke pilgub, ya tidak apa-apa. Tapi jangan lupa warga DKI Jakarta sangat selektif dalam memilih gubernurnya," kata Hendri saat dikonfirmasi, Senin (4/1).
Menurut Hendri, Risma perlu membuktikan terlebih dahulu dalam mengurus persoalan bansos. Hendri menyebut lebih baik tidak menghabiskan waktu untuk kegiatan mencari panggung dan pencitraan.
"Menjadi mensos kan panggungnya sudah disediakan, itu saja digunakan. Selesaikan masalah bansos. Intinya, warga paham mana orang yang berprestasi dan mencari panggung saja. Sukses untuk Bu Risma, semoga lancar dalam melaksanakan tugas barunya," ujar dia.
Tanggapan serupa juga dikatakan oleh Pengamat Politik dari Universitas Islam Negeri Syarid Hidyatullah Jakarta, Adi Prayitno. Kegiatan blusukan Risma, sebaiknya tidak dilakukan hanya di DKI Jakarta, tapi perlu dilakukan di 33 provinsi lain, terutama di tempat yang jauh dari sorotan media.
"Indonesia tidak hanya Jakarta, tapi banyak tempat-tempat lain yang perlu diperhatikan. Bagus blusukan itu karena dia mensos tapi jangan bercakap hanya dengan masyarakat kelas bawah di Jakarta saja," ujar Adi.
Menurut Adi, aksi blusukan Risma tidak ada kaitan dengan langkahnya untuk Pilgub Jakarta 2022. Namun, ia melanjutkan, jika pada 2022 PDIP ingin mengusung calon untuk melawan Anies di Pilgub DKI Jakarta, pilihannya hanya Risma.
"Kalau 2022 ada pilkada, Risma akan diusung untuk maju. Karena untuk melihat kader PDIP yang aktif bisa bertanding dan bersaing dengan Anies ya hanya Risma," ucap dia.
Sementara itu, Pengamat Politik Lingkar Madani, Ray Rangkuti mengatakan ada dua target yang dicapai dari blusukan Risma. Pertama, untuk kepentingan jangka pendek, yakni memberi kesan Risma dengan sungguh-sungguh bekerja membenahi tata cara atau prosedur yang terkait dengan distribusi bansos.
"Mengapa Jakarta? Karena segala aktivitas Bu Risma di Jakarta dengan sendirinya akan menimbulkan efek berita nasional. Dengan cara ini, Bu Risma mau memberi pesan bahwa semua hal terkait dengan bansos akan ditata sebagaimana hal itu tengah dilaksanakan di Jakarta," kata Ray.
Target lain adalah untuk citra politik pada 2024 nanti. Ray menilai potensi Risma untuk dicalonkan sebagai Gubernur DKI Jakarta juga besar.
Pencitraan ini penting, kata dia, karena bukan hanya untuk mendapat simpati warga Jakarta, melainkan memguatkan posisinya di internal PDIP. Sebab, ada kandidat lain yang kemungkinan besar juga akan dicalonkan, misal Gibran Rakabuming.
Blusukan Risma juga tidak akan berlangsung lama dan tidak memengaruhi tugas utamanya. "Saya kira tidak akan selamanya. Mungkin hal ini dilaksanakan dalam beberapa bulan saja. Jika efek pertama sudah dapat tercapai, akan kembali ke tugas umumnya. Kemudian akan diulang di momen lain. Begitu siklusnya," ucap dia.