REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Tahu dan tempe menghilang dari Pasar Kranji, Kota Bekasi, sejak Jumat, 1 Januari 2021. Kepala Pasar Kranji, Amas, menuturkan, kondisi ini terjadi lantaran harga bahan baku kedelai naik tajam. “(Tahu dan tempe) tidak ada sejak 1 Januari 2021. Menurut informasi harga kedelai naik tajam,” jelas Amas saat dihubungi wartawan, Ahad (3/1).
Pantauan Republika di lapangan, beberapa warteg dan juga penjual nasi uduk menyebut, stok tempe sudah habis selama kurang lebih dua hari terakhir. Akibatnya, mereka tak bisa mengolah menu masakan seperti tempe orek, oseng-oseng tahu, dan juga tempe goreng.
Penjual nasi uduk di Kecamatan Pondok Melati, Kota Bekasi, Yati (50) mengatakan, sejak kemarin ia telah mencari tempe yang merupakan menu pelengkap dagangan nasi uduknya. “Saya sudah cari dari warung satu ke warung yang lainnya, hasilnya tidak ada juga. Saya juga tidak paham kenapa tiba-tiba tempe menghilang dari tukang dagang sayur,” tutur dia.
Surya (23), pedagang gorengan di Jalan Ahmad Yani, Kota Bekasi menuturkan, ia sudah tiga hari tak lagi berjualan tempe dan tahu dari gerobaknya. Padahal, dua jenis gorengan itu adalah menu favorit pembeli.“Sudah tiga hari terakhir sudah nggak lagi jualan tempe dan tahu. Banyak yang nanyain,” kata dia.
Sebelumnya, kelangkaan tahu dan tempe di masyarakat menyusul para produsen yang memutuskan untuk libur produksi massal mulai 31 Desember 2020 hingga 2 Januari 2021. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk protes kepada pemerintah karena tidak ada perhatian pada perajin tahu dan tempe mengenai kenaikan harga kedelai.