REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengrajin tahu dan tempe se-Jabodetabek mogok produksi sejak Kamis (31/12) hingga Ahad (3/1) karena harga kedelai naik hingga 35 persen. Akibatnya, tahu dan tempe hilang di pasaran.
Salah satunya di PD Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Sudah tiga hari tak ada penjual tahu dan tempe. Pedagang tahu dan tempe baru mulai ada pada Ahad (3/1) sore. Itu pun hanya satu pedagang.
Ia adalah Nyoto Prawiro (53 tahun). Setelah berhenti berdagang sejak Kamis sore, kini Nyoto kembali menjajakan tahu dan tempe di lapaknya. Pembeli pun langsung menyerbu.
"Saya tadi bawa 20 kotak tahu. Belum satu jam sudah habis 5 kotak. Biasanya 5 kotak habisnya pas malam," kata Nyoto kepada Republika.co.id, Ahad (3/1).
Namun demikian, harga jual tahu dan tempe ikut naik. Nyoto mengatakan, harga tahu yang biasanya per sepuluh potong Rp 5 ribu, kini jadi 6 ribu. Tempe yang sebelumnya Rp 5 ribu per balok kini juga naik seribu.
"Saya naikkan harga karena harga kedelai naik. Kalau tidak dinaikkan, saya tidak bakal bisa menggaji pekerja," kata Nyoto. Ke depan, lanjut dia, harga bisa saja tambah naik ataupun turun. Semua bergantung kepada harga kedelai.