REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Berdasarkan hasil Bulan Penimbangan Balita (BPB) yang dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok 2020, angka stunting atau gagal tumbuh pada balita berhasil melampaui target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2016-2021. Adapun target yang ditetapkan 6,59 persen, sementara realisasinya 5,31 persen.
"Penurunan angka stunting sudah menjadi komitmen Pemerintah Kota (Pemkot) Depok," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok, Novarita dalam siaran pers, Kamis (31/12).
Menurut Novarita, data tersebut diperoleh berdasarkan hasil pelaksanaan BPB pada Agustus 2020, yang dilakukan 38 UPTD Puskesmas di Kota Depok. Dengan prevelensi stunting sebesar 5,31 persen. "Pada 2020, kami berhasil menurunkan angka stunting melebihi dari target yang ditetapkan yakni 5,31 persen," ucapnya.
Novarita menyatakan, dalam satu tahun ini, pihaknya telah mengukur tinggi badan 107.710 balita. Dari jumlah tersebut, ditemukan sebanyak 5.718 anak menderita stunting. "Keberhasilan yang diperolehnya tersebut tidak lepas dari berbagai upaya yang dilakukan. Baik dalam hal pencegahan maupun penanganan stunting," jelasnya.
Lanjut Novarita, adapun upaya pencegahan stunting yang sudah dilakukan, di antaranya pemantauan pertumbuhan balita melalui kegiatan di posyandu, dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Pemantauannya dilakukan sesuai petunjuk teknis yang ditetapkan, seperti jadwal kehadiran balita, kelompok penimbangan, dan posyandu keliling.
"Juga dilakukan pelayanan konseling gizi melalui grup Whatsapp terhadap balita risiko tinggi di puskesmas. Pemberian makanan tambahan, lalu pelacakan kasus gizi dan validasi hasil pengukuran," terang Novarita.