Selasa 29 Dec 2020 19:31 WIB

Psikiater Ungkap Dampak Stigma Terhadap Pasien Covid-19

Saat sakit, pasien Covid-19 kerap mendapatkan stigma dari lingkungannya.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Virus corona (ilustrasi). Orang yang kena Covid-19 kerap mendapat stigma.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Orang yang kena Covid-19 kerap mendapat stigma.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah jatuh tertimpa tangga agaknya sesuai dengan kondisi yang dialami orang yang terinfeksi SARS-CoV-2, virus corona tipe baru penyebab Covid-19. Saat sakit, penderita Covid-19 juga sering kali masih mendapatkan stigma dari lingkungannya.

"Kalau terkait Covid-19, stigma terjadi karena ketakutan akan tertular, memang yang utama itu," kata psikiater dr Hervita Diatri SpKJ saat konferensi pers virtual Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bertema "Stop Stigma: Sebar Cinta Saat Pandemi", Senin (28/12).

Baca Juga

Menurut Hervita, masyarakat menilai penderita Covid-19 menjadi sumber penularan. Akhirnya, mereka menjaga jarak supaya tidak terpapar. Ujungnya, penderita Covid-19 dijauhi.

"Tidak hanya dijauhi, melainkan juga (jadi sasaran) kemarahan karena orang yang terinfeksi virus membawa risiko pada dirinya," ujar dosen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.

Sering kali, orang yang ingin dijadikan tempat curahan hati justru menutup pintu dan enggan berkomunikasi. Bahkan, menurut Hervita, terkadang orang yang kena Covid-19 bisa sampai mengalami kekerasan fisik. Padahal, mereka butuh menceritakan apa yang dialami dan dirasakan.

"Akibatnya orang yang kena Covid-19 merasa sedih, merasa tambah cemas, dan akibatnya daya tahan tubuh atau imunnya turun," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement