Senin 28 Dec 2020 21:26 WIB

Stigma Negatif Persulit 3T Kontak Erat Pasien Covid-19

Warga kontak erat Pasien Covid-19 sering kali menutup diri

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas medis melakukan rapid tes antigen COVID-19 (ilustrasi). Stigma agaknya masih menjadi kendala dalam upaya 3T yaitu tes, telusur dan tindaklanjut penanganan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Upaya penelusuran kontak erat dengan penderita Covid-19 menjadi terhambat karena stigma dan akhirnya penularan virus masih terjadi.
Foto: GALIH PRADIPTA/ANTARA
Petugas medis melakukan rapid tes antigen COVID-19 (ilustrasi). Stigma agaknya masih menjadi kendala dalam upaya 3T yaitu tes, telusur dan tindaklanjut penanganan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Upaya penelusuran kontak erat dengan penderita Covid-19 menjadi terhambat karena stigma dan akhirnya penularan virus masih terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stigma agaknya masih menjadi kendala dalam upaya 3T yaitu tes, telusur dan tindaklanjut penanganan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). Upaya penelusuran kontak erat dengan penderita Covid-19 menjadi terhambat karena stigma dan akhirnya penularan virus masih terjadi.

Anggota Sub Bidang Tracing Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19/Pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas-FKUI Retno Asti Werdhani menjelaskan, dalam penanganan Covid-19 selain melakukan upaya 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak, upaya 3T yaitu testing, tracing, dan treatment juga harus dilakukan. 

Kemudian, dia melanjutkan, orang yang terinfeksi Covid-19 kemudian diminta petugas untuk menyebutkan kontak erat yang berhubungan dengannya. Kemudian, dia melanjutkan, petugas melanjutkan upaya 3T dengan melakukan penelusuran kontak erat ini. Namun, dia menyayangkan stigma yang terjadi membuat kontak erat jadi tertutup. 

"Kontak erat jadi menutup diri. Stigma terjadi di level individu, keluarga, komunitas, bahkan hingga organisasi, ini tidak bagus," katanya saat konferensi virtual BNPB bertema 'Stop Stigma: Sebar Cinta Saat Pandemi', Senin (28/12).

Asti mengingatkan bahaya terjadinya stigma ini adalah kontak erat menjadi ketakutan dan tidak mengakui bahwa mereka bertemu dengan yang terinfeksi Covid-19. Bahkan, kontak erat juga tidak mau dipantau. 

"Bahayanya kalau kontak erat ini tidak terbuka dalam memberikan informasi dan tidak bisa kooperatif bekerja sama dengan kami kemudian mereka berpotensi untuk menjadi sumber infeksi berikutnya," ujarnya.

Padahal, dia melanjutkan, fungsi pelacak dalam telusuri adalah ingin mengidentifikasi, bukan mencari tersangka. Ia menambahkan, petugas sebenarnya justru ingin membantu kontak erat, mengidentifikasi bagaimana mereka supaya bisa dibantu, dan dipastikan kebutuhan logistiknya terpenuhi.

Akibatnya tentu ini membuat proses pelacakan menjadi terhambat. Padahal ia menyebutkan kalau kontak erat mau menunjukkan tidak enak badan sejak awal, semakin dini diperiksa (tracer) maka semakin jelas mereka terinfeksi atau tidak. 

"Kemudian semakin jelas juga penanganannya," ujarnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement