Selasa 29 Dec 2020 04:37 WIB

Waspadai Krisis Tenaga Kesehatan

RS belum bisa mengoperasikan fasilitas tambahan karena kekurangan tenaga medis

Sejumlah perawat beristirahat dengan mengenakan alat pelindung diri di Instalasi Gawat Darurat khusus penanganan COVID-19 di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (5/6/2020). Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan telah mengalokasi dana insentif dari APBN untuk tenaga kesehatan (Nakes) dalam penanggulangan COVID-19 sebesar Rp1,9 triliun untuk pusat dan untuk daerah Rp3,7 triliun.
Foto: ANTARA/FB Anggoro
Sejumlah perawat beristirahat dengan mengenakan alat pelindung diri di Instalasi Gawat Darurat khusus penanganan COVID-19 di RSUD Arifin Achmad, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (5/6/2020). Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Keuangan telah mengalokasi dana insentif dari APBN untuk tenaga kesehatan (Nakes) dalam penanggulangan COVID-19 sebesar Rp1,9 triliun untuk pusat dan untuk daerah Rp3,7 triliun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lonjakan kasus Covid-19 tak hanya menyebabkan penuhnya ruang isolasi. Krisis tenaga kesehatan (nakes) pun berpotensi terjadi karena banyak yang tertular dan gugur saat menangani pasien Covid-19.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengingatkan masyarakat bahwa risiko krisis nakes nyata adanya. Jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang melayani pasien Covid-19 juga semakin terbatas. Oleh karena itu, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengajak masyarakat untuk disiplin menjalankan protokol kesehatan (prokes).

Pada Senin (28/12), terdapat penambahan 5.854 kasus Covid-19. Dengan demikian, jumlah total kasus Covid-19 di Tanah Air telah mencapai 719.219 kasus. Penambahan kasus paling tinggi terjadi di DKI Jakarta sebanyak 1.678 kasus. Kemudian, disusul Jawa Tengah sebanyak 977 kasus dan Jawa Timur sebanyak 784 kasus.

"Bila kasus Covid-19 terus meningkat, jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan tidak akan cukup," kata Wiku saat dikonfirmasi mengenai kecukupan tenaga kesehatan, Senin (28/12).

Wiku juga mengingatkan pemda untuk lebih peka terhadap pengendalian ekonomi dan kesehatan di daerahnya. Bila terjadi lonjakan kasus Covid-19 secara signifikan, Wiku meminta pemda segera mengambil langkah pengendalian aktivitas sosial ekonomi.

Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) sebelumnya mengungkapkan, jumlah kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan di Indonesia akibat Covid-19 terus meningkat. Ketua Tim Mitigasi PB IDI Adib Khumaidi mengatakan, berdasarkan data yang dihimpun Tim Mitigasi PB IDI, dari Maret hingga pertengahan Desember 2020, terdapat total 369 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid-19.

Ketua Satgas Covid-19 IDI Zubairi Djoerban mengatakan, melonjaknya kasus Covid-19 harus dibarengi penambahan faskes, nakes, hingga alat kesehatan. "Jadi, tidak mungkin tidak menambah RS rujukan Covid- 19, bed ICU, ventilator, dan tenaga kesehatan, di antaranya perawat, dokter," katanya kepada Republika, kemarin.

Dia menekankan, sistem tata laksana tersebut harus ditambah dan tidak hanya berlaku sekarang. Menurut dia, penambahan faskes dan SDM dibutuhkan sebulan ke depan hingga beberapa waktu mendatang. "Mau tidak mau, senang tidak senang, kita (Indonesia) harus menyiapkan fasilitas kesehatan beserta nakes, be serta obat, ventilator, dan yang lainnya," ujarnya.

Sejumlah pemerintah daerah mengakui telah kekurangan nakes akibat penambahan kasus Covid-19. Kondisi ini salah satunya terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Untuk mengatasi hal tersebut, Pemda DIY sedang melakukan perekrutan nakes yang khusus menangani pasien Covid-19. "Sedang kita upayakan tambah terus (rekrutmen nakes)," kata Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Senin (28/12).

Pemda DIY berencana merekrut nakes lokal. Menurut dia, ada lebih dari 200 nakes yang akan direkrut. Rekrutmen sudah dilakukan, tapi belum sesuai kebutuhan. "Berapanya (yang telah direkrut) saya lupa," ujar dia.

Di Malang, Jawa Timur, jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Saiful Anwar (RSSA) semakin membeludak. Pihak RS telah menyiapkan 53 tempat tidur khusus pasien Covid-19. Namun, dari 53 tambahan tersebut, hanya 30 tempat tidur yang telah dioperasikan.

Kepala Bagian (Kabag) Humas RSSA Donny Iryan mengatakan, pengoperasian tempat tidur menunggu tambahan tenaga medis. Pasalnya, perawatan pasien Covid-19 membutuhkan banyak tenaga medis. Satu pasien Covid-19 setidaknya harus ditangani tiga sampai empat tenaga medis.

"Dan, itu juga butuh APD (alat pelindung diri) lengkap. Tapi, kalau APD kita nggak ada masalah, (jumlah) tenaga medisnya itu yang masalah," ujarnya.

Total tenaga medis yang terdaftar dalam layanan incovid RSSA sebanyak 300 orang. Namun, jumlah tenaga medis yang beroperasi per harinya di incovid RSSA fluktuatif. Pasalnya, mereka harus menyesuaikan jumlah pasien Covid-19 terlebih dahulu.

"Pada saat pasiennya landai, kita gunakan tenaga medis untuk reguler. Tapi, kalau pasien seperti saat ini, tinggi, tingkat keterisian tinggi, tenaga medis kita ke sana semua. Mobilisasi ke sana semua," katanya menjelaskan. (sapto andika candra/rr laeny sulityawati/wilda fizriyani/silvy dian setiawan ed: satria kartika yudha)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement