REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di RSUD Saiful Anwar (RSSA) semakin membludak. Kondisi ini membuat RSSA membutuhkan semakin banyak jumlah tenaga medis.
Ruang Instalasi Covid-19 (Incovid) di RSUD Saiful Anwar (RSSA) Kota Malang memiliki kapasitas 83 tempat tidur. Kemudian ditambah 53 tempat tidur khusus pasien Covid-19 di sekitar ruangan incovid dan penyakit menular. Namun dari 53 tambahan tersebut, hanya 30 tempat tidur yang baru dioperasikan.
Kepala Bagian (Kabag) Humas RSSA, Donny Iryan mengatakan, pengoperasian tempat tidur menunggu tambahan tenaga medis. Pasalnya, perawatan pasien Covid-19 membutuhkan banyak tenaga medis. Satu pasien Covid-19 setidaknya harus ditangani tiga sampai empat tenaga medis.
"Dan itu juga butuh APD (Alat Pelindung Diri, red) lengkap, kalau APD kita enggak ada masalah, (jumlah) tenaga medisnya itu yang masalah. Orang pakai APD lengkap selama dua jam enggak bisa maksimal, panasnya tidak keruan sehingga diganti. Itu yang membuat kita harus mengatur tenaga medis," kata Donny kepada Republika, Senin (28/12).
Total tenaga medis yang terdaftar di layanan incovid RSSA sebanyak 300 orang. Namun, jumlah tenaga medis yang beroperasi per harinya di incovid RSSA fluktuatif. Pasalnya, mereka harus menyesuaikan jumlah pasien Covid-19 terlebih dahulu.
"Pada saat pasiennya landai, kita gunakan tenaga medis untuk reguler. Tapi kalau pasien seperti saat ini, tinggi, tingkat keterisian tinggi, tenaga medis kita ke sana semua. Mobilisasi ke sana semua (incovid)," jelasnya.
RSSA telah membuka lowongan relawan untuk menangani pasien Covid-19. RS juga sudah menentukan formasi relawan untuk dokter, perawat, tenaga pendorong dan radiografer. Saat ini setidaknya telah terjaring 46 relawan dari berbagai profesi.
Menurut Donny, 46 relawan akan dioptimalkan untuk melayani 53 tambahan tempat tidur pasien Covid-19. Saat ditanyai jumlah ini sesuai kebutuhan atau tidak, Donny mengaku, harus mengevaluasi terlebih dahulu.
Total kasus Covid-19 di Kota Malang telah mencapai 3.610 orang, Senin (28/12). Dari jumlah tersebut, 354 orang meninggal dan 2.902 orang telah sembuh. Sementara untuk 354 orang lainnya masih dalam perawatan dan isolasi mandiri.
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mengingatkan masyarakat bahwa risiko krisis tenaga kesehatan (nakes) itu nyata adanya. Jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga medis yang melayani pasien Covid-19 semakin terbatas, seiring dengan melonjaknya kasus harian. Tak hanya itu, tak sedikit pula tenaga kesehatan yang terinfeksi Covid-19 sehingga jumlahnya ikut berkurang.
Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, bahwa penularan infeksi virus corona masih cukup tinggi saat ini. Risiko penularan semakin tinggi seiring dengan tingginya mobilitas manusia di masa libur akhir tahun ini. Wiku meminta masyarakat agar tidak lengah menjalankan protokol kesehatan, lantaran langkah ini masih diyakini menjadi jurus terampuh menekan penularan Covid-19.
"Kita harus disiplin menjalankan protokol kesehatan. Bila kasus terus meningkat karena terjadi penularan yang tinggi, dan kasusnya pun tinggi, maka jumlah fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan tidak akan cukup," ujar Wiku saat dikonfirmasi mengenai kecukupan tenaga kesehatan, Senin (28/12).