Ahad 27 Dec 2020 15:07 WIB

Umat Islam di Indonesia Rawan Diterkam Perpecahan

Polarisasi umat Islam dimulai sejak Pilkada DKI 2017 antara pemerintah dan oposisi.

Massa yang tergabung dalam Alumni 212 memadati lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Senin (2/12).
Foto:

Fitrah umat

Provokasi dan adu domba dari pihak yang menginginkan kekacauan di Indonesia perlu terus diwaspadai. Umat Islam pun hendaknya menyadari dan segera kembali kepada fitrahnya, yaitu bersatu (Ali Imran: 103) dan bersaudara (Al-Hujurat: 10).

Dalam menyelesaikan persoalan umat, hendaknya dikedepankan semangat musyawarah (Asy-Syura: 38). Sementara itu, hadis yang menerangkan persatuan umat lebih banyak daripada yang menerangkan perpecahan.

Terkait pengambilan kebijakan, seorang pemimpin harus mengangkat pembantu dan penasihatnya yang saleh lagi berilmu, bukan hanya berlatar belakang kepentingan politik. Jika seorang pemimpin mengangkat orang fasik dan munafik sebagai pembantu dan penasihatnya, peraturan yang dihasilkan berpotensi menguntungkan pribadi dan kelompoknya saja, tidak mengedepankan kepentingan rakyat.

photo
Massa yang tergabung dalam Alumni 212 memadati lapangan Monumen Nasional, Jakarta, Senin (2/12). - (Thoudy Badai_Republika)

Untuk mempersatukan umat, Pemerintah Indonesia perlu menegakkan hukum dengan adil, berdasarkan prinsip keseimbangan dan hati nurani yang bersih, tidak dilumuri agenda politik tertentu yang menyebabkan ketidakpuasan dan perpecahan di masyarakat.

Menkopolhukam Mahfud MD menyatakan, jika hukum ditegakkan tidak dengan adil dan berimbang, yang timbul adalah ketidakpercayaan, ketidakpatuhan, dan akhirnya menjadi perpecahan bangsa dengan adanya usaha memisahkan diri dari NKRI.

Syekh al-Buthi menulis surat kepada bang sa Indonesia, sebagaimana dibacakan putranya, Taufik Al-Buthi saat konggres ICIS, 2015 lalu, "Sesungguhnya kaum yang tamak terhadap sumber daya bangsa Indonesia, mereka begitu benci terhadap persatuan dan tidak suka umat bersatu. Mereka tidak suka umat seiya sekata sehingga menjadi kuat dalam ekonomi, pendidikan, dan perusahaan negara, independen dalam pengambilan keputusan dan kedaulatan bangsa. Sungguh banyak kekuatan zalim, yang menginginkan bangsa Indonesia bekerja untuk kepentingannya sehingga bangsa Indonesia akan dibuat menjadi miskin, tidak memiliki keputusan dan kekuatan, lemah, tidak mampu mem bela kepentingan rakyatnya, dan tidak mampu bangkit dari keterpurukan."

Sebagai penutup, mari kita renungkan sabda Nabi Muhammad, "Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain, dia tidak boleh menzaliminya, membiarkannya dalam kesusahan, dan merendahkan martabatnya. Takwa itu di sini, (beliau menunjuk da danya tiga kali), cukuplah menjadi keburukan bagi seseorang, jika dia merendahkan saudaranya sesama Muslim. Setiap Muslim terhadap Muslim yang lain haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya." (HR Muslim dari Abu Hurairah).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement