Sabtu 26 Dec 2020 07:03 WIB

Dari Swasembada Pangan Pak Harto Hingga Food Estate Jokowi

Pemerintah Jokowi mencoba membangun food estate di sejumlah wilayah.

Presiden Joko Widodo mengunjungi lokasi proyek food estate di Desa Belanti Siam, Kalimantan Tengah, Kamis (8/10).
Foto:

Pertanian terpadu, tampaknya menjadi harapan besar Presiden Jokowi dengan Kabinet Indonesia Maju-nya, dalam pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Apalagi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kebutuhan konsumsi beras dalam negeri hingga akhir 2020 ini mencapai 30 juta ton. Ini menjadi pekerjaan berat yang harus dilakukan jajaran Kementerian Pertanian untuk bisa memenuhi pangan rakyat Indonesia.

BPS mencatat, produksi beras tahun 2020 sebanyak 31,63 juta ton. Angka produksi tersebut diperoleh dari luas panen padi 2020 yang mencapai 10,79 juta hektare dengan produksi padi diperkirakan sebesar 55,16 juta ton gabah kering giling (GKG).

Sementara sampai akhir Desember ini, Bulog memiliki stok awal 5,9 juta ton. Nah, apabila produksi beras mencapai 31,63 juta ton dan kebutuhan konsumsi sebesar 30 juta ton beras, maka hingga akhir tahun ini ada stok akhir lebih kurang 7 juta ton beras.

"Kami memerlukan langkah operasional yang lebih konkret lagi untuk meningkatkan produksi dalan negeri sehingga dapat mengurangi impor dan meningkatkan volume ekspor," katanya.

Karena itu, Kementan menargetkan produksi padi tahun 2021 mencapai 63,50 juta ton. Jumlah itu lebih tinggi dari target produksi 2020 yang mencapai 59,15 juta ton.

Syahrul Yasin berharap, pada musim tanam pertama Oktober-Maret (MT I Okmar) 2020/2021, luas pertanaman bisa mencapai 8.206.131 hektare. Dari target tersebut diperkirakan akan menghasilkan 17-20 juta ton beras periode Januari-Juni 2021.

Sementara terkait dengan produk hortikultura kentang, Kementan juga terus menggenjot produksi dalam negeri. Sebagai salah satu pangan alternatif subtitusi beras, tentu saja pengembangan kentang, perlu terus digalakkan.

Di sisi lain, konsumsi akan kentang hanya 2,3 kg/kapita yang jika ditingkatkan menjadi 10

kg untuk mensubtitusi kebutuhan beras, maka dibutuhkan sebanyak 2,4 juta ton kentang tahun. Sementara, produksi kentang nasional baru mencapai ada di kisaran 1,1 juta ton per tahunnya.

Ini pula yang kemudian mendorong produk hortikultura kentang dalam negeri terus ditingkatkan yang salah satunya melalui food estate tersebut. Sebab berdasar data Kementan, impor kentang industri tahun 2017 sebesar 51.849 ton dengan nilai Rp 275 miliar dan pada Januari-September 2018 sebesar 19.649 ton dengan nilai Rp 117 miliar.

Dan sesuai roadmap 2019, impor kentang industri akan terus turun lebih karena kentang industri sudah mulai dikembangkan produksi di dalam negeri.

Usaha tani padi dan kentang ini memang diharapkan dapat lebih menguntungkan petani karena benih dan lahan tersedia, proses budidaya sudah dikuasai petani, dan pasar dan harga bagus.

Karena itu, Jokowi pun menginstruksikan Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo pun  untuk mengembangkan konsep pertanian dari hulu ke hilir, dalam konsep kluster berbasis korporasi petani pada program lumbung pangan (food estate) di Provinsi Kalimantan Tengah, tadi.

Korporasi petani ini tak lain sebagai bentuk pemberdayaan ekonomi petani, berdimensi strategis dalam pengembangan kawasan pertanian. Dibentuk dari, oleh, dan untuk petani. Tujuannya, mendorong petani berdaulat mengelola seluruh rantai produksi usaha tani, mulai pengolahan (on farm) dan pemasaran (off farm).

Kementan juga akan mendukung penanganan pascapanen untuk mewujudkan pertanian modern tersebut. Pasalnya, food estate berbasis korporasi petani ini, merupakan investasi terintegrasi dari hulu ke hilir dalam upaya meningkatkan produksi pangan bagi masyarakat Indonesia. Semoga.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement