Kamis 24 Dec 2020 09:39 WIB

Terminal Pulogebang Kekurangan Tenaga Medis

Dua orang tenaga medis yang bertugas rata-rata hanya sanggup kurang dari 50 orang.

Calon penumpang yang akan berpergian menggunakan Bus AKAP (antar kota antar provinsi) mengantre untuk diperiksa dokumennya di Terminal Pulogebang, Jakarta Timur
Foto: Prayogi/Republika
Calon penumpang yang akan berpergian menggunakan Bus AKAP (antar kota antar provinsi) mengantre untuk diperiksa dokumennya di Terminal Pulogebang, Jakarta Timur

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengelola Terminal Terpadu Pulogebang, Jakarta Timur, kekurangan tenaga medis untuk kegiatan tes cepat antigen kepada penumpang menjelang perayaan Natal 2020 dan Tahun Baru 2021.

"Idealnya kita butuh delapan orang tenaga medis yang fokus menangani kegiatan tes cepat antigen," kata Kepala Satuan Pelaksana Operasi Terminal Pulogebang Afif Muhroji di Jakarta, Rabu (23/12).

Dari total 2.400 alat tes cepat antigen yang dialokasikan sebagai bantuan dari Kementerian Perhubungan, kata Afif, Terminal Pulogebang memperoleh alokasi sebanyak 800 alat tes antigen yang digratiskan untuk penumpang.

Sementara sisanya dibagi ke empat lokasi terminal lainnya di wilayah Jakarta untuk kegiatan serupa. Afif mengatakan kebutuhan tenaga medis ideal itu dihitung berdasarkan pasokan alat tes cepat antigen di Terminal Pulogebang.

"Kalau di Terminal Pulogebang per hari target kita melakukan tes antigen kepada 100 hingga 150 penumpang yang berangkat maupun datang," katanya.

Kegiatan itu dilaksanakan oleh tim medis dari Puskesmas setempat dengan pendampingan dari tim keamanan terminal. "Pada agenda kegiatan kemarin, Selasa (22/12) petugas medis dari Puskesmas-nya ada 12 orang, tapi hari ini cuma dua orang," katanya.

Akibatnya, jumlah penumpang yang menjalani tes cepat antigen hingga Rabu siang hanya 30 orang. "Hari ini ada 30 orang yang daftar karena keterbatasan tenaga medis. Yang tes 29 orang hasilnya negatif semua, satu orang dibatalkan karena lebih memilih naik pesawat," katanya.

Afif memaklumi hal itu, sebab dua orang tenaga medis yang bertugas melakukan tes cepat antigen rata-rata hanya sanggup kurang dari 50 peserta. Sedangkan sisanya disebar oleh Suku Dinas Kesehatan Jakarta Timur untuk menjalankan tugas serupa di lokasi lain.

"Kalau sekarang cuma dua orang, mereka terbatas karena kondisi tubuh juga lelah sementara mereka harus tetap fit," katanya.

Terkait solusi dari keterbatasan jumlah tenaga medis, Afif menyebut telah menyediakan satu tempat klinik di lantai satu terminal. Klinik swasta yang bekerja sama dengan PT KAI itu menyediakan tes cepat antigen dan antibody.

"Solusinya penumpang kita arahkan ke klinik yang lain tapi berbayar. Kita minta lebih murah dari harga standar yang di luar," katanya.

Pemberlakuan tarif tes cepat antibodi dikenakan Rp 85 ribu per orang dari harga pasaran Rp 150 ribu, sedangkan untuk tes cepat antigen Rp 150 ribu dari harga pasaran Rp250 ribu per orang.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement