REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyatakan kawasan yang berada di zona risiko tinggi penyebaran COVID-19 turun signifikan. Dari delapan daerah pekan kemarin, sekarang hanya menyisakan dua daerah saja.
"Kemarin ada delapan yang zona risiko tinggi. Sekarang tinggal dua yaitu Kabupaten Karawang dan Kota Depok," ujar Wakil Gubernur Jabar Uu Ruzhanul Ulum dalam konferensi pers di Mapolda Jabar, Selasa (22/12).
Uu mengatakan, dalam sepekan terakhir angka kasus Covid-19 di Jabar memang cukup tinggi, bahkan menjadi provinsi ketiga terbanyak penyumbang keterpaparan baru. Kondisi ini, harus diwaspadai secara seksama karena penyebarannya sekarang sangat luar biasa.
Masyarakat di Jawa Barat, harus waspada dan tetap menerapkan protokol kesehatan Covid-19 secara ketat. Karena, penambahan kasus baru orang terpapar virus corona belakang semakin tinggi.
Menurutnya, dalam 10 hari terakhir dari 11 Desember hingga 21 Desember, total sudah ada 10 ribu kasus baru. Berdasarkan data dari laman Pikobar.jabarprov.go.id, kasus paling tinggi dalam 10 hari ke belakang terjadi pada Rabu (16/12), penambahan kasus mencapai 1.434.
Dalam sepekan terakhir, kata dia, daerah paling banyak menyumbangkan kasu baru Covid-19 adalah Kota Bekasi yang mencapai 1.574. Kemudian ada Kota Depok 1.315, Kabupaten Bekasi 719, Kabupaten Karawang 808, dan Kota Bogor mencapai 645 kasus.
Sedangkan untuk ketersediaan tempat tidur pasien Covid-19, baik di rumah sakit atau ruangan isoslasi saat ini berada di angka 75 persen. Presentase itu menurun di mana sebelumnya berada di posisi 76 persen. "Jadi lumayan ada penurunan dari hasil evaluasi kemarin," katanya.
Selain itu, kata dia, keinginan untuk membuka tempat isolasi baru mencapai 15 gedung hingga saat ini belum terlaksana. Menurut Uu, tempat tersebut masih dipersiapkan mulai dari tempat tidurnya, hingga peralatan medis. "Artinya dalam waktu dekat ini mudah-mudahan bisa digunakan," katanya.
Saat ini, kata dia, masih ada penurunan dalam jumlah pengetesan secara PCR. Jumlah pengetesan dengan PCR saat ini baru berada di angka 30 ribu, di mana sebelumnya sudah mencapai 32 ribu.
Jumlah ini, kata dia, masih jauh dari harapan karena sebelumnya Pemprov Jabar merencanakan pengetesan PCR per minggu mencapai 50 ribu. "Kita sudah melaksanakan 758 ribu pengetesan. Sekarang ada penurunan (per harinya) karena memang satu dan lain hal," katanya.