Sabtu 19 Dec 2020 06:34 WIB

Makam Raden Saleh akan 'Dihidupkan' Kembali

Proyek pengerjaan gapura makam Raden Saleh sebesar Rp 70 juta.

Rep: Shabrina Zakaria/ Red: Bilal Ramadhan
Situs makam Raden Saleh Syarif Bustaman
Foto: Shabrina Zakaria
Situs makam Raden Saleh Syarif Bustaman

REPUBLIKA.CO.ID, Mendengar kabar mengenai situs makam Raden Saleh Syarif Bustaman akan direvitalisasi oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor, Sandra (44 tahun) selaku juru pelihara makam bersyukur. Sebab, sudah 12 tahun lamanya situs makam pelukis beraliran naturalis ini belum tersentuh perbaikan. Apalagi, lokasinya terletak di gang kecil bernama Jalan Raden Saleh, di Kelurahan Empang, Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor.

“Alhamdulillah, sebagai yang merawat saya senang mendengarnya karena ada perkembangan. Ada perhatian dari pemerintah,” ujar ibu beranak dua ini.

Sandra merupakan generasi ketiga yang menjadi juru pelihara makam Raden Saleh. Dia menggantikan pamannya, Isun Sunarya, yang telah menjadi juru pelihara sejak 1992.

Sebelumnya, kakeknya, Adung Wiriatmadja yang dulunya adalah mantan wakil Kepala Kejaksaan Bogor, menjadi juru pelihara makam pertama sejak 1923. Setelah menemukan makam Raden Saleh dan istrinya, RA Danurejo, tertutup ilalang di tanah milik keluarganya.

Sejak dipugar pada 1953, tidak ada perubahan bentuk dari monumen yang dibangun seorang arsitek bernama Frederick Silaban, yang dipanggil oleh presiden pertama Republik Indonesia, Soekarno.

Pada 2008, terdapat penambahan bangunan di komplek makam tersebut berupa Saung Budaya. Di mana, di dalamnya terdapat dokumentasi dari lukisan-lukisan Raden Saleh yang difoto ulang dan didesain dengan sejarah lukisannya, serta cerita tentang Raden Saleh sendiri.

Hasil dokumentasi yang diberi oleh Galeri Nasional Indonesia (GNI) itu kini tampak pudar. Sehingga, Sandra berencana untuk meminta soft copy dari dokumentasi tersebut untuk dicetaknya kembali. Agar para peziarah bisa kembali membaca sejarah tentang Raden Saleh, serta melihat contoh-contoh lukisannya yang terkenal di dunia.

Makam Raden Saleh sendiri masih dikunjungi oleh peziarah dari berbagai tempat. Baik peziarah lokal, maupun peziarah internasional. Sebab, nama Raden Saleh tidak hanya terkenal di Nusantara, tapi juga di luar negeri karena talentanya sebagai seorang maestro yang hasil lukisannya dikenal dunia.

Apalagi, Raden Saleh merupakan pelukis modern Indonesia pertama yang mendapat penghargaan di Eropa, di antara karya terbaiknya yang kini berada dalam koleksi Istana Kepresidenan, yakni 'Penangkapan Diponegoro.'

Tahun ini, sejumlah seniman dan budayawan juga sempat ingin mengadakan haul di makam Raden Saleh seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, karena terbentur Covid-19, haul tersebut tidak jadi dilaksanakan. Sekaligus Festival Raden Saleh yang sempat direncanakan juga tertunda akibat pandemi Covid-19.

Sebelum dipugar, di komplek makam itu terdapat kurang lebih 33 malam. Setelah dipugar, beberapa makam ada yang dijadikan satu. Ada juga yang dipindahkan ke bagian belakang dekat tembok, yang kini terdapat tiga lukisan hasil karya beberapa seniman yang sempat berziarah pada 2008.

Meski kondisinya saat ini masih terlihat baik, situs makam Raden Saleh menjadi salah satu situs bersejarah yang bakal dipugar Pemkot Bogor melalui Disparbud Kota Bogor. Saat ini, Disparbud tengah membangun sebuah gapura yang akan menjadi simbol keberadaan makam Raden Saleh.

Sebab, saat ini gang makam Raden Saleh sangat tidak merepresentasikan situs bersejarah. Penunjuk keberadaan makam tersebut pun hanya terbuat dari papan besi kecil yang tergantung di atas gapura. Nantinya, gapura akan memiliki ornamen yang senada dengan makam Raden Saleh.

"Karena kita lihat ini salah satu situs bersejarah maka kami ingin meningkatkan nilai dari situs bersejarah ini dengan membuatkan gapura yang lebib representatif," kata Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kota Bogor, Atep Budiman.

Diketahui, proyek pengerjaan gapura itu memiliki nilai sebesar Rp 70 juta dengan menggunakan dana hibah dari progam pemulihan ekonomi nasional (PEN) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement