Selasa 15 Dec 2020 19:19 WIB

Terus Bertambah, Total 363 Nakes Wafat Hingga Selasa

Nakes wafat akibat Covid terdiri dari 202 dokter, 15 dokter gigi, dan 146 perawat.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andri Saubani
Sejumlah tenaga medis Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor terisak tangis saat memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah Kepala Puskesmas Banjarsari Dokter Usman, yang meninggal akibat COVID-19 di Jalan Raya Tegar Beriman, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (26/10). Hingga hari ini, total 363 tenaga kesehatan meninggal akibat Covid-19. (ilustrasi)
Foto: ANTARA/Yulius Satria Wijaya
Sejumlah tenaga medis Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor terisak tangis saat memberikan penghormatan terakhir kepada jenazah Kepala Puskesmas Banjarsari Dokter Usman, yang meninggal akibat COVID-19 di Jalan Raya Tegar Beriman, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (26/10). Hingga hari ini, total 363 tenaga kesehatan meninggal akibat Covid-19. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tenaga kesehatan (nakes) yang meninggal dunia akibat virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) terus bertambah. Tim Mitigasi Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mencatat data tenaga medis yang wafat akibat Covid-19 total sebanyak 363 jiwa hingga per Selasa (15/12).

"Dari Maret hingga pertengahan Desember 2020 ini, terdapat total 363 petugas medis dan kesehatan yang wafat akibat terinfeksi Covid, yang terdiri dari 202 dokter dan 15 dokter gigi, dan 146 perawat," kata Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Adib Khumaidi seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Selasa (15/12).

Baca Juga

Ia menyebutkan, para dokter yang wafat tersebut terdiri dari 107 dokter umum (empat guru besar), dan 92 dokter spesialis (tujuh guru besar), serta dua residen, dan satu dalam verifikasi yang keseluruhannya berasal dari 24 IDI Wilayah (provinsi) dan 92 IDI Cabang (Kota/Kabupaten). Sementara itu, berdasarkan sebaran provinsi, paling banyak dokter meninggal di Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.

"Kenaikan jumlah kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan ini merupakan salah satu dampak dari peningkatan jumlah penderita Covid baik yang dirawat maupun yang Orang Tanpa Gejala (OTG). Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) yang baru saja selesai juga menjadi potensi fluktuasi naiknya angka penularan Covid-19," ujar Adib.

Lebih lanjut, pihaknya menghimbau masyarakat dan kepala daerah serta pendukungnya untuk menghindari proses aktivitas yang melibatkan berkerumunnya massa. Kemudian setiap orang untuk memeriksakan kesehatannya apabila terdapat gejala, dan melakukan testing meskipun juga tanpa gejala.

Tim Mitigasi IDI berharap para pemimpin daerah yang terpilih untuk memprioritaskan penanganan pandemi Covid-19 dengan meningkatkan upaya preventif dan kemampuan layanan fasilitas kesehatan seraya melindungi para tenaga medis dan kesehatan. Pihaknya juga mengimbau masyarakat agar meski vaksin Covid-19 sudah tersedia, namun untuk perlindungan maksimal maka setiap orang harus tetap menjalankan protokol kesehatan karena situasi penularan Covid di Indonesia saat ini sudah tidak terkendali.

"Tingginya lonjakan pasien Covid serta angka kematian tenaga medis dan tenaga kesehatan menjadi peringatan kepada kita semua untuk tetap waspada dan mematuhi protokol kesehatan (3M). Dengan mengabaikan protokol kesehatan, maka Anda tidak hanya mengorbankan keselamatan diri sendiri namun juga keluarga dan orang terdekat termasuk orang di sekitar," katanya.

Sementara itu, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Sri Hananto Seno mengimbau masyarakat agar memperhatikan kebersihan gigi dan mulutnya untuk menghindari penularan Covid.

"Selain menjaga imunitas tubuh, perlu diperhatikan juga kebersihan mulut dan gigi terutama mengingat penularan utama Covid adalah melalui droplet atau cairan dari mulut. Tetap gunakan masker baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan, rajin mencuci tangan, dan jaga jarak," ujarnya.

Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Harif Fadhilah mengutip data bahwa selain perawat yang bertugas di Rumah Sakit, para petugas kesehatan (perawat) yang bertugas di Puskesmas merupakan yang gugur terbanyak kedua. Hal ini menandakan bahwa Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama masih memiliki perlindungan yang kurang memadai bagi tenaga kesehatan.

"Kami berharap pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Dinas Kesehatan daerah setempat yang bertanggung jawab terhadap pelayanan Puskesmas juga meningkatkan perlindungan di fasilitas kesehatan tersebut dengan menyediakan alat pelindung diri (APD) dengan jumlah yang memadai serta perlengkapan fasilitas lainnya," katanya.

 

photo
Pasien berbohong ke dokter (ilustrasi) - (republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement