Senin 14 Dec 2020 22:17 WIB

Eijkman: Protokol Kesehatan dan Vaksinasi Jalan Berdampingan

Pemberian vaksin memang diharapkan untuk menciptakan kekebalan populasi

Petugas memindahkan kontainer berisi vaksin COVID-19 setibanya di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Jawa Barat.
Foto: MUKHLIS JR/ANTARA FOTO
Petugas memindahkan kontainer berisi vaksin COVID-19 setibanya di Kantor Pusat Bio Farma, Bandung, Jawa Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menyatakan penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi harus tetap jalan berdampingan dalam menghadapi Pandemi Covid-19.

"Yang pasti sebelum ada vaksin tetap kita harus menjalankan protokol kesehatan 3M nanti sesudah ada vaksin tetap saja 3M tetap dilaksanakan karena memang vaksin ini tidak menggantikan protokol kesehatan sehingga harus berjalan berdampingan," kata Amin dihubungi di Jakarta, Senin (14/12).

Amin menuturkan pemberian vaksin memang diharapkan untuk menciptakan kekebalan populasi (herd immunity). Artinya, semakin banyak populasi yang memiliki kekebalan setelah divaksinasi minimum 70-80 persen. Sisanya (20-30 persen) diharapkan  akan terlindungi oleh orang-orang yang sudah divaksinasi.

Amin mengatakan, keberadaan vaksin tidak langsung menyelesaikan pandemi. Menurut dia, virus tidak langsung hilang tetapi virusnya masih hidup di lingkungan sekitar dan tidak musnah.Jika suatu ketika virus itu berhasil berkembang biak di luar dan jumlahnya banyak, lalu tiba-tiba menyerang, maka bisa terinfeksi virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.

Oleh karena itu, protokol kesehatan harus tetap dijalankan meski vaksin sudah ada."Kecuali kalau sudah dibuktikan kalau virusnya sudah tidak ada lagi," ujar Amin.

Sebagai contoh, pada kasus penyakit cacar, vaksinasi baru dimulai pada 1796. Saat itu, dunia baru dinyatakan bebas cacar pada 1975. Jadi, perlu waktu 200 tahun untuk membebaskan dunia dari virus penyebab penyakit cacar.

"Tentu kita tidak mengharapkan sepanjang itu karena sekarang sudah ada ilmu pengetahuan dan teknologi mungkin bisa ditekan lebih tapi ya kita mesti waspada juga bahwa virus-virus lain masih banyak di sekeliling kita, virus influenza masih ada, virus tuberkulosis masih ada," ujar dia.

Amin mengatakan protokol kesehatan harus menjadi kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari. Dia mencontohkan, bagaimana kesadaran warga Jepang  jika mengalami batuk atau pilek pasti akan mengenakan masker. Terlebih, jika harus pergi ke kerumunan. "Kemudian kebersihan lingkungan mereka juga jaga sekali," tutur dia.

Amin mengatakan meski ada atau tidak ada pandemi, protokol kesehatan harus tetap menjadi gaya hidup.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement