REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKA RAYA -- Tim Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Provinsi Kalimantan Tengah menyebut akan mendapat alokasi 1,6 juta dosis vaksin dari pemerintah pusat.
"Dengan alokasi ini diperkirakan akan mampu mencakup sekitar 80 persen dari total penduduk. Ini lebih dari cukup, karena kebutuhan membentuk kekebalan komunitas masyarakat hanya diperlukan sekitar 70 persen," kata Kepala Dinas Kesehatan Kalteng Suyuti Syamsul, Jumat (11/12).
Menurut dia, jika nantinya vaksin terkait Covid-19 mulai didistribusikan oleh pemerintah pusat kepada daerah dan tahapan vaksinasi dilaksanakan, secara umum skala prioritas penerima vaksin telah ditentukan. "Pertama adalah tenaga kesehatan, dilanjutkan TNI-Polri, PNS pelayanan publik, hingga seluruh populasi masyarakat berumur 15-59 tahun," katanya.
Dia yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Pelaksana Harian Satgas Penanganan Covid-19 Kalteng menjabarkan, mekanisme vaksinasi nantinya akan diserahkan ke masing-masing kabupaten dan kota. Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kalteng Sugianto Sabran, melalui Kepala Bagian Kehumasan Satgas Agus Siswadi menambahkan pentingnya masyarakat mendapatkan vaksinasi dalam masa pandemi agar tercipta herd immunity atau kekebalan kelompok.
Vaksinasi selain memberikan kekebalan secara individu, juga menciptakan herd immunity yang melindungi masyarakat tidak memperoleh vaksinasi karena alasan tertentu sehingga terlindungi dari paparan penyakit. "Maka untuk mencapai kekebalan kelompok atau komunitas ini, prinsip gotong royong merupakan hal yang utama," jelasnya.
Masyarakat juga perlu mengetahui beberapa kriteria ideal vaksin yang berkualitas. Diantaranya efikasi dan efektivitas. Kedua aspek ini memiliki peran untuk mengukur manfaat vaksin dalam mengendalikan Covid-19.
Ia menyampaikan, berdasarkan penjelasan Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito, aspek pertama ialah efikasi, ialah besarnya kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu di kondisi ideal dan terkontrol. "Hal ini dapat dilihat dari hasil uji klinis vaksin di laboratorium yang dilakukan kepada populasi dalam jumlah yang terbatas," ujarnya.
Aspek kedua adalah efektivitas berupa kemampuan vaksin mencegah penyakit dan menekan penularan pada individu dan lingkup masyarakat luas. "Yaitu penilaian kemampuan vaksin melindungi masyarakat secara luas yang masyarakat tersebut adalah heterogen atau beragam," ujarnya.
Dalam hal efektivitas, terdapat berbagai faktor yang memengaruhinya. Faktor pertama ialah penerima vaksin seperti usia, komorbid atau penyakit penyerta, riwayat infeksi sebelumnya, serta jangka waktu sejak vaksinasi dilakukan.
Faktor kedua adalah karakteristik dari vaksin tersebut, seperti jenis vaksin, active atau inactivated, komposisi vaksin dan cara penyuntikannya. Faktor ketiga, yakni kecocokan strain pada vaksin, dengan strain pada virus yang beredar di masyarakat.
Untuk mengetahui aspek efektivitas vaksin, maka perlu adanya data surveilans, untuk melihat perkembangan kasus serta memantau dampaknya.
"Data imunisasi untuk melihat cakupan imunisasinya, dan data klinis individu pendukung untuk melihat aspek lain yang memengaruhi kondisi kesehatan individu," ujar Agus.