Kamis 10 Dec 2020 13:08 WIB

Masyarakat Dimintak tak Terprovokasi Bentrokan Polisi Vs FPI

Percayakan tugas penegakan hukum kepada institusi yang sah dan tetap mengawasi

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Esthi Maharani
Mobil ambulans yang membawa jenazah laskar FPI saat akan meninggalkan RS Polri Kramat Jati di Jakarta, Selasa (8/12).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Mobil ambulans yang membawa jenazah laskar FPI saat akan meninggalkan RS Polri Kramat Jati di Jakarta, Selasa (8/12).

IHRAM.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JIM) Islah Bahrawi mengimbau semua pihak untuk menahan diri terkait insiden bentrokan Polisi Vs FPI pada Ahad (6/12) lalu. Peristiwa tersebut telah menewaskan enam orang anggota FPI.

"Percayakan tugas penegakan hukum kepada institusi yang sah dengan tetap melakukan pengawasan sewajarnya tanpa terprovokasi atau memprovokasi," kata Islah Bahrawi saat dikonfirmasi, Kamis (10/12).

Dia mengatakan, JIM mendukung upaya penegakan hukum yang dilakukan kepolisian terhadap siapapun yang membahayakan keselamatan jiwa publik. Dia meminta penegakan hukum itu dilakukan dengan mengedepankan prinsip kesetaraan di depan hukum.

"Setiap orang setara kedudukannya di depan hukum," katanya.

Secara khusus, dia mengatakan bahwa JIM mengecam sebagai bentuk aktivitas premanisme, radikalisme maupun intoleransi yang mengancam keselamatan jiwa. Begitu juga terhadap aktivitas yang menghalangi proses penegakan hukum yang dilakukan aparat.

Sebelumnya, terjadi bentrokan antara polisi dan laskar pengawal pimpinan FPI Habib Rizieq Shihab (HRS) di Jalan Tol Jakarta-Cikampek KM 50 pada Senin (7/12) pukul 00.30 WIB. Dalam insiden itu, polisi menembak mati enam orang laskar FPI.  

Kronologi peristiwa ini simpang siur. Menurut keterangan polisi, aparat terpaksa menembak laskar FPI karena para laskar itu menyerang polisi dengan senjata api dan senjata tajam. Sedangkan menurut pihak FPI, keterangan polisi itu tidak benar. Sebab, para laskar lah yang diserang polisi. Selain itu laskar FPI diklaim tak pernah menggunakan senjata api maupun senjata tajam.

Komnas HAM lantas membentuk tim guna menyelidiki kasus baku tembak antara polisi dengan pengikut Rizieq Shihab. Harapannya investigasi tersebut bisa mendapatkan fakta sehingga dapat menghentikan perdebatan.

Anggota Pemantauan dan Penyelidikan Komnas HAM M Choirul Anam menyatakan, tim sudah bekerja, mendalami informasi, dan mengumpulkan fakta secara langsung. Choirul berharap semua pihak terkait, termasuk polisi dan FPI bisa bekerja sama dan terbuka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement