Rabu 09 Dec 2020 11:37 WIB

JK: Selesaikan Persoalan Kesehatan Dahulu, Baru Ekonomi

Vaksin menjadi harapan bagi semua orang untuk bisa menyudahi pandemi ini.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
 Foto selebaran yang disediakan oleh Istana Kepresidenan Indonesia menunjukkan pejabat yang memeriksa vaksin COVID-19 dari China Sinovac Biotech Ltd, di perusahaan farmasi milik negara PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 06 Desember 2020. Negara telah menerima 1,2 juta dosis vaksin, yang dipesan dari Sinovac Biotech Ltd.
Foto: EPA-EFE/MUCHLIS JR
Foto selebaran yang disediakan oleh Istana Kepresidenan Indonesia menunjukkan pejabat yang memeriksa vaksin COVID-19 dari China Sinovac Biotech Ltd, di perusahaan farmasi milik negara PT Bio Farma di Bandung, Jawa Barat, Indonesia, 06 Desember 2020. Negara telah menerima 1,2 juta dosis vaksin, yang dipesan dari Sinovac Biotech Ltd.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, krisis ekonomi yang terjadi saat ini berbeda dengan krisis yang menimpa Indonesia pada 1998. JK menyebut, krisis 1998 berawal dari krisis ekonomi moneter di Asia yang kemudian terjadi krisis politik dan sosial. "Kalau sekarang ini terbalik krisisnya, dimulai dari krisis kesehatan, sosial artinya, kemudian akibatnya ke krisis ekonomi," ujar JK dalam webinar yang diselenggarakan Indef pada Rabu (9/12).

JK menilai, pemerintah harus menyelesaikan apa yang menjadi penyebab dari krisis ekonomi yang terjadi saat ini, yakni persoalan kesehatan. JK mengatakan, vaksin menjadi harapan bagi semua orang untuk bisa menyudahi pandemi ini. "Selesaikan sebabnya maka akibatnya akan secara bertahap akan selesai. Jadi, kita tidak berbicara tentang bagaimana mengatasi ekonomi tanpa menyelesaikan masalah pokoknya, yaitu kesehatan," ucap JK.

JK menilai, kedatangan vaksin akan memberikan harapan tak hanya dari sisi kesehatan, tapi juga ekonomi. JK mengingatkan besarnya jumlah penduduk dan luasnya geografis Indonesia yang akan menjadi tantangan dalam program vaksinasi. "Jangan lupa, kita 270 juta (penduduk) kalau yang divaksin harus 200 juta orang, dua kali (suntik) berarti harus 400 juta suntikan. Kalau orang bisa nyuntik satu juta sehari itu berarti satu setengah tahun," lanjut JK.

JK menerangkan, persoalan krisis kesehatan menjalar pada kondisi krisis ekonomi yang terjadi saat ini akibat menurunnya daya beli masyarakat yang berdampak pada penurunan produktivitas sektor usaha. 

Untuk mengatasi persoalan ini, kata JK, pemerintah harus kembali membangkitkan gairah daya beli masyarakat dan produktivitas sektor usaha. JK menilai, tidak perlu banyak investasi dalam situasi saat ini. JK mengatakan, yang terpenting ialah meningkatkan produktivitas. "Kalau pabrik sekarang mungkin 50 persen, bagaimana pabrik itu menjadi 100 persen. berarti investasi itu mungkin bukan tahun depan, mungkin tahun setelahnya. Tahun depan itu mungkin kembali 50 persen berarti kembali sama dengan di bawah sedikit pada 2019," kata JK.

JK juga menekankan pentingnya inovasi sebagai solusi di tengah pandemi. JK menyebut, seminar secara virtual bisa saja terus dilakukan meski pandemi berakhir lantaran efektif menekan pengeluaran. Kendati begitu, kata JK, dalam inovasi tentu akan ada yang dirugikan, seperti hotel yang biasa kerap menyelengarakan pertemuan. 

"Jadi, memang ada suatu inovasi, ada kegiatan baru tapi ada kegiatan lama yang hilang. Nah bagaimana mendamaikan dua hal ini bahwa tetap inovasi, tetapi kemudian timbul suatu pekerjaan yang baru yang lebih efisien," kata JK. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement