REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi tahun ini menyebabkan kerugian sekitar Rp 7 triliun bagi industri pariwisata Indonesia khususnya penyelengaraan MICE (Meeting, Incentive Convention and Exhibition). Namun demikian, dalam dua bulan terakhir--mulai perlahan tapi pasti--ada harapan baru, utamanya berkat aktivitas kementerian dan pemerintah daerah melakukan kegiatan penyerapan anggaran di hotel.
Industri MICE dan perjalanan wisata terbukti menjadi pertolongan pertama (first aid) yang berkontribusi dalam perjalanan menuju pemulihan pariwisata dan pemulihan ekonomi khususnya triwulan terakhir.
Minggu ini (tanggal 1-3 Desember), sebuah perhelatan pertemuan bisnis berbasis virtual dan bertajuk 2nd Indonesia International MICE Expo 2020 berhasil digelar. Kegiatan ini mempertemukan seller dan buyer pada sesi bisnis One on One menggunakan flaform Jublia Business Matching menghasilkan 570 pertukaran informasi dan 146 pertemuan bisnis langsung selama 3 hari.
Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaran Kegiatan (Events) Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Rizki Handayani Mustafa, membuka resmi rangkaian kegiatan IIME 2020. Dia pun menyampaikan optimisme penyelenggaraan MICE kembali bergerak seiring dengan kepercayaan daripada masyarakat, khususnya dalam mengunaka fasilitas MICE termasuk di hotel yang menyosialisasikan protokol kesehatan secara ketat khususnya dukungan Kemenparekraf dengan pemberian sertifikasi CHSE ( Cleanliness Health Safety and Environment Friendly ) secara gratis.
“Kami tetap menghimbau terjadinya pertemuan walau dalam jumlah terbatas agar industri ini tetap berjalan dan kita terbiasa dalam protokol baru. Kami juga berharap dinas pariwisata daerah bekerja sama erat dengan otoritas setempat yang memberikan izin penyeleggaraan acara sesuai protokol kesehatan dalam hal pembatasan jumlah peserta dan dilakukan secara hybrid yaitu online dan offline," katanya.
Co Founder IIME Panca R Sarungu menyampaikan, untuk membuat acara ini lebih produktif, sistem Business Matching Jublia yang digunakan IIME 2020 mirip bahkan lebih baik dari dengan yang digunakan oleh beberapa kegiatan Virtual Internasional seperti ITB Asia Singapura dan WTM Inggirs baru-baru ini. Sistim ini, kata dia, memungkinkan pertemuan bisnis tatap muka dan fitur lanjutan lainnya.
Hanya saja, tantangan utamanya adalah membiasakan normal baru dalam diskusi secara online dengan orang baru dan beberapa hal teknis yang kedepan akan terus disempurnakan.
“Terdapat 57 perusahaan penyedia jasa MICE di Indonesia sebagai seller dan 60 buyers dari domestic dan internasional bersemangat untuk mendiskusikan rencana bisnis di tahun 2021, ada harapan dari testimoni yang diberikan dari seller dan buyer pada perhelatan 3 hari ini. Meski dalam masa pandemi terjadi peningkatan 15 persen dari event pertama,” katanya.
Tercatat buyers yang diseleksi dan lolos kriteria buyer dari Amerika Serikat, Australia, Spanyol, Arab Saudi, Singapura, Filipina, Jerman, India, Nigeria, Belanda dan juga pelaku bisnis dari seluruh Indonesia.
Sementara Awan Aswinabawa, CEO A&T Travel Nusa Tenggara Barat menyambut baik pelaksanaan event ini dan merasakan manfaat dari pertemuan Face to face dengan pihak pembeli dari mancanegara. Untuk ini, dirinya mengapresiasi sistim business matching yang dipilih oleh penyelenggara IIME yang memungkinkan membuat jadual pertemuan, rescheduling dan bahkan presentasi ibarat bertemu langsung.
"Ini kesempatan menarik bertemu banyak calon pembeli produk wisata dari mancanegara walau secara virtual sekaligus memberikan update terbaru jika suatu saat kesempatan berwisata antar Negara dibuka kembali. Ke depan semoga event seperti ini dapat juga dilakukan di berbagai daerah tujuan Wisata MICE," ujarnya.
Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi, dan Pameran Kemenparekraf Masruroh, pada kesempatan sebelumnya mendukung terjadinya perjalanan oleh para korporasi. "Kami juga menginisiasi kegiatan familiarization trip untuk korporasi, yang diharapkap melihat langsung penerapan protokol CHSE sekaligus membangun kepercayaan kepada para pengambil keputusan dalam perusahaan untuk melakukan perjalanan dinas dan meeting bagi karyawan diluar kantor khususnya ke Destinasi MICE di Indonesia dengan ketentuan dan protokol kesehatan yang berlaku," ujarnya.
Yang unik dari acara ini, kata Jim Tehusijarana, Co Founder IIME adalah dilakukan 24/7 karena perbedaan waktu seseorang pada pagi hari di London dapat bertemu dengan penjual Indonesia di Denpasar pada malam hari atau sebaliknya. Selain itu ada pertemuan bisnis presentasi yang di dukung PT Telkom Indonesia untuk memberikan kempatan berapa perusahaan melakukan bisnis presentasi.
"Kami juga dengan senang hati mengumumkan bahwa para seller dan buyer masih tetap mempergunaka fasilitas business matching hingga 7 hari ke depan, sehingga buyer dan seller masih dapat beriteraksi hingga tanggal 10 Desember," ujarnya.
Perhelatan IIME adalah hasil yang bekerja sama dengan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta didukung oleh Asosiasi Pariwisata di Indonesia diantaranya GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia), ASITA (Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia), PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia), MASATA (Masyarakat Sadar Wisata), dan IHGMA (Indonesian Hotel General Manager Association).
IIME diorganisir bersama oleh para pelaku usaha di industri MICE yang terdiri dari AlcorMICE sebagai perusahaan yang membawahi beberapa unit usaha, salah satunya di bidang venue. Selanjutnya, RajaMICE yang merupakan perusahaan dibidang professional conference organizer, dan TripEvent sebagai perusahaan yang mengelola trip and event management company.