Jumat 04 Dec 2020 20:40 WIB

UPH Gelar Konferensi Hubungan Internasional Indo-Pasifik

Konferensi ini membahas beragam pandangan, peluang, dan tantangan Indo-Pasifik

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Ilustrasi. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi berbincang dengan Asisten Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) untuk  Urusan Asia Timur dan Pasifik W.  Patrick Murphy, di sela-sela Dialog Tingkat Tinggi soal Kerja Sama Indo-Pasifik, di  Jakarta, Rabu (20/3).
Foto: Republika/Fergi Nadira
Ilustrasi. Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi berbincang dengan Asisten Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) untuk Urusan Asia Timur dan Pasifik W. Patrick Murphy, di sela-sela Dialog Tingkat Tinggi soal Kerja Sama Indo-Pasifik, di Jakarta, Rabu (20/3).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Universitas Pelita Harapan (UPH) menggagas salah satu konferensi hubungan internasional pertama yang membahas soal konsep Indo-Pasifik. Dengan tema "Indo-pacific: Outlooks, Opportunities, Challenges", konferensi dilakukan secara virtual pada Jumat dan Sabtu (4-5/12).

Konferensi ini membahas beragam pandangan, peluang, dan tantangan dari hubungan internasional antara negara-negara yang tergabung dalam Indo-Pasifik. Ketua Penyelenggara Abriham S. Yadav mengemukakan bahwa tujuan konferensi ini adalah untuk menyambut gagasan besar konsep Indo-Pasifik yang kini tengah menjadi topik utama di dunia.

Baca Juga

Menurutnya, dalam konsep tersebut ada perjuangan untuk mengedepankan nilai-nilai inklusivitas, khususnya dari segi Indonesia sendiri dengan sentralitas ASEAN serta nilai-nilai ASEAN. "Sehingga kawasan Indo-Pasifik ini menjadi kawasan yang adil, makmur dan sentosa. Untuk itu dalam proses pembentukan konsepnya yang solid diperlukan pemikiran-pemikiran oleh kaum inteleketual," ujar Abriham dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (4/12).

Dia mengatakan konferensi yang digagas oleh Magister Hubungan Internasional UPH ini dapat menampung ide-ide soal konsep Indo-Pasifik yang dapat menjadi landasan pemikiran bagi para pembuat kebijakan negara. "Konferensi ini akan berkontribusi pada pengambilan keputusan para pembuat kebijakan, dalam pembangunan kawasan Indo-Pasifik yang inklusif. Penyelengaraan ini sangat penting dan tepat waktu mengingat Indonesia sebagai salah satu penggagas utama konsep Indo-Pasifik saat ini," ujarnya.

Selain itu, konferensi ini juga menjadi sarana untuk memahami hubungan antar negara Indo-Pasifik dari beragam perspektif interdisiplin, baik dari sisi politik dan keamanan, ekonomi dan perdagangan internasional, dimensi sosial dan budaya, dan lain sebagainya. "Konferensi ini semula menarik sebatas Asia dan Pasifik. Namun ternyata beberapa negara seperti misalnya Prancis memiliki konsep serupa dengan konsep sentral ASEAN," ujarnya.

Konsep tersebut yakni sebuah konsep yang tidak menyudutkan pihak tertentu. Namun justru membuat kerja sama kebhinekaan yang ada di kawasan asia dan pasifik.

Duta Besar Prancis untuk Indonesia dan Timor Leste Olivier Chambard menyambut baik adanya konferensi ini. Dia juga berkesempatan memberikan paparan yang diikuti oleh para akademisi, praktisi, peneliti, dan mahasiswa.

"Satu yang menarik adalah walaupun letak Prancis jauh di Eropa tetapi sesungguhnya Prancis memiliki wilayah kepulauan yang berada di kawasan Indo Pasifik. Prancis juga memiliki konsep inklusif," ujar Chambard pada kesempatan yang sama.

Prancis memiliki pendekatan yang harus lebih dikedepankan dalam menyesuaikan berbagai konflik maupun perbedaan pendapat yang ada. Hal ini selaras dengan pemikiran konsep yang digagas oleh ASEAN khususnya yang dimotori oleh Indonesia yaitu konsep Indo-Pasifik untuk memperkuat kerja sama serta mencairkan perbedaan.

"Prancis memiliki konsep konsep strategis dalam mengajak negara-negara lain termasuk negara ASEAN dan Pasifik untuk berkolaborasi. Prancis selalu mengutamakan faktor-faktor strategis dalam membangun hubungan dengan mitra-mitranya," ujar Chambard.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement