REPUBLIKA.CO.ID, SIGI -- Simpati dan empati dari berbagai pihak terhadap keluarga dan warga transmigrasi korban tindak kekerasan yang dilakukan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah terus mengalir.
Kepala Desa Lembantongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Deki Basalulu membenarkan berbagai bantuan berupa barang/bahan dan uang sampai saat ini dari berbagai pihak disalurkan kepada keluarga korban dan warga yang mengungsi pascaserangan teroris di Dusun Lewono, salah satu lokasi permukiman transmigrasi lokal di desa itu.
"Selama beberapa hari terakhir ini, banyak pihak yang datang menyerahkan bantuan, mulai dari bahan makanan, peralatan rumah tangga, kebutuhan anak-anak dan uang tunai kepada keluarga korban," ujar Deki, Jumat (4/12).
Ia mengatakan ada empat korban yang dibunuh teroris secara keji. Mereka itu satu keluarga.
Pascakejadian berdarah tersebut, seluruh warga transmigrasi Lewono, kini mengungsi sementara di rumah-rumah warga transmigrasi lainnya di Dusun Tokelemo, sekitar 25 Km dari lokasi transmigrasi Lewono.
Sebagian lagi, mengungsi ke di rumah keluarga di Desa Lembantongoa.
Saat ini, rumah-rumah warga transmigrasi Lewono yang rusak dan dibakar kembali dibangun oleh aparat kepolisian bersama anggota TNI.
Menurut Deki, bantuan terutama logistik bahan makanan masih sangat dibutuhkan warga, sebab dalam beberapa hari pascaserangan teroris, kebanyakan warga tidak beraktivitas di kebun karena masih trauma berat.
Ia menambahkan pada malam hari pascaperistiwa itu, warga tranmigrasi SP-1 Dusun Tokelemo memilih kumpul di satu tempat dan nanti kembali ke rumah pagi hari. Sementara lokasi transmigrasi Lewono saat ini sudah ditinggalkan seluruh warga.
Warga sangat berharap para teroris MIT secepatnya ditangkap aparat gabungan TNI/Polri agar tidak ada lagi peristiwa sama terjadi. Jika para pelaku sudah berhasil dilumpuhkan, otomatis warga tidak laga dibayangi ketakutan untuk tinggal di rumah dan melakukan berbagai aktivitas dikebun.
"Kalau sekarang ini warga masih takut atas kejadiaan tersebut sehingga enggan beraktivitas di kebunnya," ujar Deki.