REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Riset dan Teknologi (Kemristek) mengalokasikan anggaran Rp 300 miliar untuk pengembangan vaksin Merah Putih pada 2021. Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang P.S. Brodjonegoro mengatakan jika ada kekurangan akan diajukan penambahan.
"Paling tidak kita siapkan dulu Rp 300 miliar untuk memastikan tahapan lab sampai uji klinis bisa berjalan dengan lancar," kata dia, Kamis (3/12).
Dukungan anggaran untuk tim pengembangan vaksin Merah Putih itu, katanya, akan mencakup beberapa tahap. Pertama, pada tahap riset di laboratorium termasuk uji di hewan. Kedua, adalah dukungan anggaran untuk uji klinis manusia tahap 1, 2, dan 3, sedangkan untuk produksi dan distribusi vaksin berada di luar tugas dan fungsi dari Kemristek.
Pihaknya akan menggunakan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 153/PMK.010/2020 yang mengatur tentang "super tax deduction" untuk melakukan pendekatan kepada para perusahaan swasta dan pabrik-pabrik farmasi untuk dapat terlibat. Saat ini, ada enam lembaga yang sedang mengembangkan vaksin Merah Putih, yaitu Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Airlangga (Unair), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Universitas Indonesia (UI), Institut Pertanian Bogor (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM), dengan masing-masing platform yang berbeda.
"Kami memberikan dukungan kepada enam tim yang bekerja untuk menghasilkan bibit vaksin COVID-19 di mana dengan keadaan tersebut maka tim tersebut akan mendapatkan dukungan anggaran baik anggaran penelitian maupun nantinya anggaran untuk uji klinis manusia," katanya.
Anggaran tersebut diberikan sesuai dengan permintaan dan kebutuhan masing-masing institusi untuk mengembangkan vaksin Merah Putih. Anggaran tersebut dapat digunakan seperti pada tahap laboratorium, untuk membeli material, seperti reagen dan hewan uji coba atau hewan mencit yang saat ini masih diimpor.
"Dan juga sudah ada permintaan untuk kebutuhan alat yang nantinya juga bisa di-'support' (dibantu)," ujar Menristek Bambang.
Tim pengembangan vaksin Merah Putih juga mendapatkan dukungan untuk kebutuhan peralatan atau material yang diperlukan dalam penelitian vaksin. Pusat pengembangan vaksin nasional itu diharapkan menjadi semacam pusat pengembangan vaksin untuk berbagai macam platform yang saat ini sudah ada di dalam teknologi pengembangan vaksin.
Kemenristek juga akan membantu institusi yang sedang mengembangkan bibit vaksin Merah Putih untuk mendapat perusahaan mitra untuk hilirisasi bibit vaksin dan produksi vaksin tersebut.
"Tentunya masing-masing tim ini akan kami pasangkan dengan industri untuk melakukan hilirisasi nantinya dan produksi. Tentunya industri-industri ini akan dikoordinasikan oleh Bio Farma tetapi tentunya kita juga melibatkan perusahaan swasta untuk bekerja sama dengan Bio Farma dan melakukan hilirisasi dari bibit vaksin yang dikembangkan oleh keenam institusi tersebut," ujar Menristek Bambang.