Kamis 03 Dec 2020 09:48 WIB

Orang Tua Wajib Baca: Risiko Anak Belajar di Sekolah

IDAI sarankan orang tua dukung anak tetap belajar di rumah agar tak tertular Covid-19

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Karta Raharja Ucu
Sejumlah murid memperlihatkan poster sosialisasi pencegahan COVID-19 sebelum pembagian masker di salah satu Sekolah Dasar Negeri, Desa Garut, Kecamatan Darul Imara, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (2/12/2020). Pemerintah Aceh meluncurkan Gerakan Masker Sekolah (Gemas) dengan menyasar sebanyak 1,08 juta pelajar dari 6.783 sekolah di Aceh  dengan melibatkan 117.712 guru untuk memastikan penerapan protokol kesehatan dengan benar di sekolah guna mencegah penyebaran COVID-19 menjelang pemberlakukan belajar tatap muka secara normal.
Foto: ANTARA/Ampelsa
Sejumlah murid memperlihatkan poster sosialisasi pencegahan COVID-19 sebelum pembagian masker di salah satu Sekolah Dasar Negeri, Desa Garut, Kecamatan Darul Imara, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Selasa (2/12/2020). Pemerintah Aceh meluncurkan Gerakan Masker Sekolah (Gemas) dengan menyasar sebanyak 1,08 juta pelajar dari 6.783 sekolah di Aceh dengan melibatkan 117.712 guru untuk memastikan penerapan protokol kesehatan dengan benar di sekolah guna mencegah penyebaran COVID-19 menjelang pemberlakukan belajar tatap muka secara normal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peningkatan jumlah kasus yang signifikan pascapembukaan sekolah telah dilaporkan di banyak negara, sekalipun negara maju seperti Korea Selatan, Prancis, Amerika, Israel termasuk di Indonesia. Ketua Umum IDAI Aman B. Pulungan mengatakan penundaan sekolah dapat menurunkan transmisi.

"Semua warga sekolah, termasuk guru dan staf, dan juga masyarakat memiliki risiko yang sama untuk tertular dan menularkan Covid-19," kata Aman dalam keterangan tertulis, Selasa (1/12).

Ia mengatakan, orang tua harus memikirkan dan mempertimbangkan persetujuan kegiatan pembelajaran tatap muka dalam masa pandemi ini. Sebaiknya, kata dia, orang tua tetap mendukung kegiatan belajar dari rumah, baik sebagian maupun sepenuhnya dan pertimbangkan apakah partisipasi anak dalam kegiatan tatap muka lebih bermanfaat atau justru meningkatkan risiko penularan.

Baca Juga: IDAI: PJJ Lebih Aman untuk Anak daripada Sekolah Tatap Muka

Ia berkata, apakah anak sudah mampu melaksanakan kebiasaan cuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak dengan memadai, apakah anak masih sangat memerlukan pendampingan orang tua saat sekolah? Bila masih butuh, kata dia, maka sebaiknya anak masih di rumah dulu saja.

“Apakah anak memiliki kondisi komorbid yang dapat meningkatkan risiko sakit parah apabila tertular covid-19? Bila ada sebaiknya anak belajar dari rumah. Adakah kelompok lanjut usia dan risiko tinggi di rumah yang mungkin tertular apabila banyak anggota keluarga yang beraktivitas di luar rumah? Periksa apakah sekolah sudah memenuhi standar protokol kesehatan yang berlaku?” kata dia.

Dikatakan Aman, apabila orang tua akan menyetujui partisipasi anak dalam kegiatan belajar tatap muka, orang tua harus mempersiapkan kebutuhan penunjangnya, seperti penggunaan transportasi, bekal makanan dan air minum, masker, pembersih tangan serta persiapan tindak lanjut jika mendapat kabar dari sekolah anak sakit, fasilitas kesehatan mana yang akan dituju untuk perawatan. Selain itu semua adalah penggunaan asuransi kesehatan.

“Dalam membuat keputusan partisipasi anak untuk ikut pembelajaran tatap muka, sebaiknya mengacu pada pertimbangan dan persiapan yang telah dijelaskan,” kata dia.

Perubahan besar yang terjadi selama masa pandemi akan menjadi bagian dari potret kehidupan anak yang sedang beranjak dewasa. Kebutuhan untuk membentuk perilaku sehat yang konsisten adalah suatu keniscayaan yang perlu ditanamkan sejak dini agar menjadi kebiasaan rutin di kemudian hari.

“Karena itu peran orangtua, keluarga, guru, serta lingkungan terdekat anak untuk mendidik dengan sabar dan konsisten sejak dini sangatlah penting. Semoga anak Indonesia selamat melewati pandemi ini,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement