Kamis 03 Dec 2020 00:41 WIB

Peran Startup Turut Dorong Ekonomi Digital di Kawasan 3T

Salah satu sektor yang paling terdampak akibat pandemi adalah pariwisata

Rep: Novita Intan/ Red: Gita Amanda
Pemandangan wisata Batu Sindu di kawasan Tanjung Senubing, Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau, (ilustrasi)
Foto: MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO
Pemandangan wisata Batu Sindu di kawasan Tanjung Senubing, Bunguran Timur, Natuna, Kepulauan Riau, (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah berupaya mengembangkan potensi ekonomi digital di daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T). Pemerintah melalui Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) melaksanakan program Dayamaya.

Direktur Layanan TI untuk Masyarakat dan Pemerintah Kominfo, Danny Januar Ismawan, mengatakan program ini mengajak para pelaku startup, e-commerce, komunitas, kelompok masyarakat, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) digital bersinergi mengembangkan potensi serta membuat solusi tepat guna bagi masyarakat di daerah 3T.

Baca Juga

“Melalui peran startup, komunitas, dan UMKM yang terlibat, kami harapkan dapat mempercepat kemajuan di daerah 3T. Saat ini sudah ada lima inisiatif, dari 18 yang terpilih pada 2019, yang mulai berproses masyarakat. Kami yakin dengan peran serta mereka, akan segera terjadi perubahan di daerah 3T menuju ke arah yang lebih baik,” ujarnya kepada wartawan, Rabu (2/12).

Untuk tiga dari 18 inisiatif yang telah berkesempatan memberikan kontribusi kepada masyarakat yaitu Atourin, Cakap, dan Jahitin. Atourin sebagai perusahaan teknologi di sektor pariwisata yang menyediakan jasa dan layanan baik secara online maupun offline untuk industri pariwisata Indonesia, pada 2019 berkesempatan menyelenggarakan pelatihan dan sertifikasi pemandu wisata di Natuna melalui program Dayamaya.

Menurut Reza Permadi selaku Tim Operasional Atourin, pada 2019 terdapat 10 pemandu wisata di Natuna sudah memiliki lisensi. Dia berharap para pemandu lebih berani melakukan self branding dan mulai memanfaatkan media sosial untuk melakukan promosi.

“Dengan ini diharapkan akan ada lebih banyak lagi pemandu wisata yang berlisensi. Pada masa pandemi ini, salah satu satu program kami yaitu melakukan pelatihan secara daring bagi pemandu wisata se-Indonesia. Kami ajarkan bagaimana cara membuat tur virtual. Salah satu sektor yang paling terdampak akibat pandemi adalah pariwisata,” kata Reza.

Selaras dengan Atourin, Cakap sebagai platform online pembelajaran bahasa asing mendukung pengembangan daerah wisata dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dari sisi penguasaan bahasa, utamanya bahasa Inggris. Dalam kontribusinya, pada tahun 2019 melalui program Dayamaya, Cakap telah menyelenggarakan digital assessment di Kabupaten Sabu Raijua dan Kabupaten Sumba Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), menggunakan standarisasi CEFR (The Common European Framework of Reference for Languages).

Program melibatkan peserta setingkat pelajar SMA sebanyak 250 orang, kegiatan ini dilakukan secara daring melalui ruang belajar digital dalam sebuah kelas online yang diisi oleh guru bahasa Inggris asing (ESL Teacher). Menurut Tommy Yunus selaku CEO Cakap, kemampuan berbahasa Inggris sangat penting dalam usaha mengembangkan daerah wisata, karena menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah wisatawan dalam menciptakan pariwisata berkelanjutan.

Sementara CEO Jahitin Asri Wijayanti menambahkan pihaknya membantu para penjahit agar dapat lebih mudah mengakses pasar. Dampaknya saat ini penjahit di Sumba sudah mendapatkan akses langsung berhubungan dengan dinas perdagangan.

“Pada masa pandemi kami melakukan pelatihan kepada para penjahit, bagaimana cara membuat masker sesuai dengan standar kesehatan yang difasilitasi oleh BAKTI dan Kementerian Desa, dan Pemberdayaan Daerah Tertinggal. Hasilnya, para penjahit di Sumba berhasil mendapatkan orderan membuat 5.000 masker,” ucapnya.

Kepala Divisi Layanan Telekomunikasi dan Informasi untuk Masyarakat Ari Soegeng Wahyuniarti mengatakan sebagai sebuah bangsa, Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman, dalam membangun daerah 3T pemerintah tentu tidak dapat bekerja sendiri.

“Dengan merangkul stakeholder strategis, kami yakin kita akan memiliki daya atau berdaya untuk bersama-sama membawa perubahan di daerah 3T. Utamanya perbaikan dari sisi perekonomian berbasis ekonomi digital,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement