REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengungkapkan adanya empat daerah di Jatim yang kembali menyandang status zona merah Covid-19, atau tingkat penularannya tinggi. Yaitu Kabupaten Situbondo, Kabupaten Jember, Kabupaten Jombang, dan Kota Batu. Menurutnya, peningkatan kasus terjadi akibat libur panjang akhir Oktober 2020.
Khofifah pun meminta semua masyarakat untuk terus meningkatkan kewaspaan dan memperketat protokol kesehatan. Khofifah mengaku, bersama Satuan Tugas Covid-19 dan Dinkes Jawa Timur akan bergerak cepat menangani daerah-daerah yang mengalami lonjakan kasus Covid-19.
"Saya minta semuanya untuk kembali meningkatkan kewaspadaan dan disiplin protokol kesehatan, Satgas Covid-19 saya minta untuk bekerja keras kembali dan lebih ekstra. Satgas Covid-19 Jatim bersama Dinkes juga kami minta gerak cepat simultan," kata Khofifah, Rabu (2/12).
Khofifah menambahkan, upaya preventif seperti operasi yustisi guna meningkatkan kepatuhan terhadap protokol kesehatan perlu ditingkatkan. Menurutnya ini penting dilakukan karena terdapat tren kenaikan kasus Covid-19 secara Nasional. Melihat dari pengalaman sebelumnya, peningkatan kepatuhan protokol kesehatan mampu membuat 63 persen kabupaten/ kota di Jatim berhasil menjadi zona kuning.
"Kami telah melakukan kordinasi dengan Forkopimda untuk melakukan operasi yustisi secara masif di berbagai daerah di Jawa Timur. Nampaknya protokol kesehatan di beberapa area sudah agak mengendor, jadi kita harus mengencangkan lagi, demi kebaikan bersama," kata Khofifah.
Khofifah berharap, agar kepatuhan terhadap protokol kesehatan dapat terus ditingkatkan. Mengingat, saat ini di beberapa tempat ditemukan penerapan protokol kesehatan yang mulai mengendor. Hal ini tentunya akan sangat berkaitan erat dengan peningkatan kasus Covid-19.
"Rumusnya kalau protokol kesehatan kendor maka terjadi peningkatan atau lonjakan Covid-19, dan ketika Protokol kesehatan kita ketat maka Covid-19 akan melandai, atau turun," kata Khofifah.
Peningkatan kasus Covid-19 di beberapa daerah di Jatim itu berbanding terbalik dengan penganugerahan penghargaan Gatra Awards 2020 yang dianuherahkan kepada Khofifah. Khofifah masuk dalam kategori pejabat publik sosok inspiratif penanganan, pengendalian, dan antisipasi, dampak pandemi Covid-19 di Jawa Timur.
Jawa Timur di bawah kepemimpinan Khofifah dinilai sebagai provinsi yang berhasil menunjukkan perbaikan dalam pengendalian wabah corona dalam skala nasional. Dalam waktu yang relatif singkat, Khofifah memasifkan tes Covid-19 melalui rapid test dan uji swab, serta menginstruksikan jajarannya melakukan pelacakan yang agresif.
“Penghargaan ini bukan menjadi penanda bahwa Covid-19 di Jatim telah berakhir. Sebaliknya, Covid-19 masih ada dan kita masih harus tetap berjuang hingga Covid-19 benar-benar lenyap dari Indonesia dan muka bumi ini,” kata Khofifah usai menerima penghargaan Gatra Awards 2020 di Palembang, Selasa (1/12).
Pada Senin (30/11), Ketua Rumpun Kuratif Satgas Covid-19 Jatim Joni Wahyuhadi mengungkapkan, tingkat keterisian rumah sakit rujukan Covid-19 di Malang Raya juga mengalami peningkatan. Angka bed occupancy rate (BOR) di rumah sakit rujukan Covid-19 di Malang Raya mencapai 70 persen. Melebihi standar yang ditetapkan WHO di angka 60 persen.
"Kemarin di Malang kan kita analisis, perlu penambahan, karena BOR-nya lebih dari 70 persen," ujar Joni di Surabaya, Senin (30/11).
Oleh karena itu, kata Joni, Satgas Covid-19 Jatim merencanakan pembangunan rumah sakit darurat Covid-19 di Malang Raya, seperti yang dibangun di Surabaya. Nantinya, rumah sakit darurat tersebut diperuntukkan bagi pasien Covid-19 yang bergejala klinis ringan.
"Memang BOR-nya naik. Karena naik menjadi 70 persen, Ibu Gubernur memutuskan ada alternatif membuat rumah sakit lapangan. Seperti yang kita buat di sini. Supaya apa? Supaya bisa relaksasi rumah sakitnya," ujar Joni.
Joni mengakui adanya peningkatan kasus Covid-19 di Jatim, meskipun tidak signifikan. Bahkan menurutnya, kenaikkan kasus Covid-19 di Jatim tapi sebesar peningkatan kasus di Jabar, Jateng, dan DKI Jakarta. Menurutnya, peningkatan tersebut bisa dipahami, karena mobilitas masyarakat saat libur panjang Maulid Nabi Muhammad SAW cukup tinggi.
"Yang pasti karena mengendornya protokol Kesehatan. Ada presentasenya itu. Ada kerumunan. Protokol kesehatan turun. Kita sudah sampaikan ke tim, mari bersama menegakkan protokol kesehatan kembali," kata dia.