REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM meminta warga di sekitar Gunung Lewotolo dan Pemerintah Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menyiapkan masker. Sebab, erupsi gunung tersebut semakin tinggi.
"Erupsi kedua pagi tadi semakin tinggi. Sebelumnya hanya 500 meter, kali ini menjadi 4.000 meter. Jadi, hal utama yang harus disiapkan saat ini adalah memakai masker karena debunya akan mengancam kesehatan masyarakat setempat," kata Kasubbid Mitigasi Gunung api Wilayah Timur ESDM Devy Kamil Syahbana saat dihubungi dari Ahad (29/11) pagi.
PVMBG sudah menghubungi Kepala Pelaksana Ketua Badan Penangulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lembata untuk membahas soal penyiapan masker tersebut. Ia mengatakan ancaman bagi warga di daerah itu adalah abu vulkanik dan tidak bisa dianggap remeh karena jika mengirupnya akan sangat berbahaya bagi kesehatan warga.
Dia mengatakan, berdasarkan keterangan dari BPBD Lembata, warga di beberapa kecamatan yang tinggal di bawah lereng gunung itu sudah berada pada jarak empat kilometer, yang berarti jauh dari kawasan atau lokasi bencana. "Saya dengar tadi juga warga di bawah gunung itu juga sudah dievakuasi untuk meninggalkan rumah yang mereka tempati karena mereka takut dengan abu vulkanik yang mulai berjatuhan," katanya.
Gunung Ili Lewotolok di Kabupaten Lembata pada pukul 09:45 WITA kembali erupsi dengan ketinggian abu mencapai 4.000 meter di atas permukaan laut. Ketinggian abu lebih tinggi dari erupsi pertama yang terjadi pada 27 November 2020, yang hanya mencapai 500 meter.
Kolom abu menurut laporan PVBMG berwarna kelabu dengan intensitas tebal condong ke arah timur dan barat. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 35 mm dan durasi kurang lebih 10 menit.
Sampai dengan berita ini diturunkan abu vulkanik saat ini sudah menyebar sampai ke kota Lewoleba, Kabupaten Lembata yang kini menjadi lokasi tempat evakuasi korban erupsi.