REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur Wahid Wahyudi menegaskan kesiapannya menggelar pembelajaran tatap muka, yang oleh pemerintah pusat diagendakan dilaksanakan awal 2021. Terlebih, mulai 18 Agustus 2020, Pemprov Jatim telah menggelar uji coba pembelajaran tatap muka di 1.080 sekolah di bawah naungannya. Bahkan, kata Wahid, kebijakan pemerintah pusat terkait pembelajaran tatap muka bisa dikatakan meniru Pemprov Jatim.
"Kalau boleh sombong sedikit itu kebijakan pusat kan ikut Jawa Timur. Jawa Timur ini sampai sekarang satu-satunya provinsi di Indonesia yang melakukan uji coba pembelajaran tatap muka," ujar Wahid kepada Republika.co.id, Kamis (26/11).
Wahid mengaku, berdasarkan hasil evaluasi, uji coba pembelajaran tatap muka di Jatim berjalan sangat baik. Bahkan diakuinya tidak ditemukan kasus penularan Covid-19 di sekolah selama uji coba berlangsung. Justru, kata dia, dengan digelarnya pembelajaran tatap muka, siswa menjadi lebih terkontrol aktivitasnya.
"Kalau kita mau fair pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran online itu siswa banyak yang ke luar rumah. Di warung-warung kopi karena di sana ada wifi. Warung kopi kan gak aman. Justru yang aman di skolah karena pengendaliannya juga bagus dan siswa jadi terkontrol," kata Wahid.
Guna menghindari penularan Covid-19, Wahid menegaskan telah menginstruksikan sekolah-sskolah untuk memghidupkan kembali Unit Kesehatan Sekolah (UKS). Sekolah juga dimimtanya untuk berkoordinasi dengan Puskesmas setempat. Selain itu, sekolah-sekolah juga diminta tidak henti-hentinya menyuarakan penerapan protokol kesehatan secara ketat.
"Terus yang badannya kurang sehat tidak masuk sekolah. Protokol kesehatan dijalankan dengan baik. Testing juga dipastikan continue," ujar Wahid
Wahid menekankan pentingnya digelar pembelajaran tayap muka. Dinas Pendidikan Jatim diakuiya telah melakukan evaluasi terkait hasil pembelajaran jarak jauh yang dirasany tidak efektif. Karenna daya tangkap siswa rendah. Sehingga apabila tidak segera dilakukan pembelajaran tatap muka, maka dampaknya akan terjadi masalah dalam tumbuh kembang anak.
"Dimungkinkan terjadi learning loss, anak merasa bodoh. Kemudian akan ada tekanan psiko sosial. Anaknya itu stres, guru stres, orang tua stres. Ada kejadian di Kalimantan orang tua sampai melakukan kekerasan karena nggak bisa mendampingi pembelajaran anak," kata Wahid.
Adapun rincian sekolah yang telah melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka ada 10 persen SLB atau sebanyak 43 dari jumlah 438 SLB negeri di Jatim. Sedangkan untuk SMA sebanyak 302 dari 1.517 jumlah SMA negeri di Jatim atau 20 persen. Sementara SMK sejumlah 735 dari 2.134 negeri atau 35 persen.
Sebelumnya, Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mengingatkan, meskipun nantinya pembelajaran tatap muka dimulai Januari 2021, bukan berarti pembelajaran yang digelar dilangsungkan secara normal. Tetapi harus dikombinasikan antara pembelajaran tatap muka dan pembelajaran daring (hybrid meeting). Sampai kemudian seluruh sistem yang dilakukan dalam pemenuhan kurikulum proses belajar mengajar bisa dilaksanakan dengan lebih komprehensip.
"Jadi kalau awal 2021 masih dilihat kelas ini kapasitas physical distancing minimal satu meter itu berapa siswa? Lalu berapa jam pelajaran? sementara mereka masuk tanpa istirahat, sementara mereka bawa makanan dari rumah. Ini harus dihitung kembali. Sehingga Januari itu kita punya masterplan pembelajaran secara lebih komprehensif," kata Khofifah.