Kamis 26 Nov 2020 06:10 WIB

Pengamat: Pemangkasan Libur Panjang akan Turunkan Konsumsi

Pemangkasan libur panjang berpengaruh terhadap penurunan tingkat konsumsi

Sejumlah kendaraan mellintas di ruas Tol Dalam Kota, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta akibat libur panjang
Foto: Prayogi/Republika
Sejumlah kendaraan mellintas di ruas Tol Dalam Kota, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta akibat libur panjang

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  - Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bima Yudistira memprediksi pemangkasan libur panjang akhir tahun akan berpengaruh terhadap penurunan tingkat konsumsi masyarakat.

“Libur Natal dan Tahun Baru ini puncak konsumsi rumah tangga tertinggi kedua setelah libur Idul Fitri, jika diperpendek pasti berdampak, khususnya ke sektor pariwisata,” kata Bima Yudistira, Rabu (25/11)

Menurut dia, pemangkasan libur panjang juga akan memberikan kerugian kepada pelaku usaha bidang perhotelan dan restoran karena mereka sudah menyiapkan stok lebih banyak mulai dari kamar hingga merekrut tenaga kerja baru.

Dampaknya, lanjut dia, juga kepada konsumsi rumah tangga karena masyarakat ekonomi menengah ke atas biasanya berbelanja saat libur panjang akhir tahun.

“Mereka menyiapkan stok bahan baku dan kamar dan dari November mulai merekrut pegawai baru untuk menyiapkan peak season akhir tahun, tapi libur dipotong pasti banyak pengusaha kecewa, banyak dirugikan di sektor pariwisata,” katanya.

Apabila libur panjang dipangkas benar-benar direalisasikan, ia memperkirakan konsumsi akan tumbuh negatif kisaran 3-4 persen pada kuartal IV-2020 karena konsumsi rumah tangga berperan kisaran 56-57 persen terhadap pergerakan ekonomi dalam negeri.

Ia mendorong pemangku kebijakan untuk percaya diri dengan protokol kesehatan yang sudah diterapkan.

“Kalau pesimis angka penularan meningkat karena libur panjang berarti sekalian dilakukan pembatasan sosial lebih ketat,” imbuhnya.

Sebelumnya, pemerintah berencana memangkas libur panjang akhir tahun yang merupakan gabungan libur dan cuti bersama dari Idul Fitri pada Mei 2020, Natal dan Tahun Baru.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati ketika pemaparan APBN Kita edisi November 2020 menyebut bahwa libur panjang saat pandemi tidak mampu mengungkit indikator ekonomi namun justru menambah kasus Covid-19.

Ia menyebut pada Oktober 2020 dengan adanya libur panjang, namun konsumsi listrik di sektor bisnis dan manufaktur justru menurun sehingga berdampak ke sektor produksi yang juga menurun dan sektor konsumsi melemah.

Di sisi lain, lanjut dia, aktivitas ekonomi melemah kembali karena kasus Covid-19 kembali naik.

“Ini harus dilihat terus untuk memberikan keseluruhan aspek seperti membuat policy tidak cuma melihat pada satu sisi, harus melihat semua sisi, aspek kesehatan, ekonomi, kegiatan usaha dan lain,” katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement