Selasa 24 Nov 2020 08:30 WIB

Libur Panjang: Kasus Covid Melonjak, Ekonomi tak Membaik

Libur panjang pada akhir Oktober terbukti meningkatkan jumlah kasus Covid-19.

Sejumlah pengunjung memadati kawasan Pantai Padang, Sumatera Barat, Ahad (1/11/2020). Masa libur panjang dimanfaatkan warga Padang dan sekitarnya untuk berwisata dengan mengunjungi Pantai Padang.
Foto: ANTARA/Iggoy el Fitra
Sejumlah pengunjung memadati kawasan Pantai Padang, Sumatera Barat, Ahad (1/11/2020). Masa libur panjang dimanfaatkan warga Padang dan sekitarnya untuk berwisata dengan mengunjungi Pantai Padang.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Sapto Andika Candra, Adinda Pryanka, Haura Hafizhah

Jumlah kasus konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia, pada Senin (25/11), menyentuh 502.110 kasus atau lebih dari setengah juta orang.

Baca Juga

Secara umum, grafik penambahan kasus baru Covid-19 kembali menanjak naik setelah libur panjang pada akhir Oktober. Padahal sejak pertengahan Oktober, trennya cenderung melandai.

Libur panjang, menurut Menkeu Sri Mulyani juga ternyata tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi rumah tangga. Korelasi tersebut digambarkan Sri berdasarkan situasi pada Oktober.

Hari kerja pada bulan lalu tercatat mengalami penurunan dari 23 hari pada 2019 menjadi hanya 19 hari pada tahun ini karena beberapa libur diperpanjang. Dalam kondisi normal, Sri menjelaskan, hari libur sama saja dengan peningkatan interaksi masyarakat yang akan mendorong konsumsi. Tapi, situasi berbeda terjadi pada masa pandemi Covid-19 yang disebutkan sebagai dampak unintended atau efek yang tidak diharapkan terjadi.  

"Pada libur panjang justru jumlah Covid naik tapi indikator ekonomi tidak membaik atau tidak terjadi konsumsi yang diharapkan," tuturnya dalam paparan kinerja APBN secara  virtual, Senin (23/11).

Dengan kondisi tersebut, Sri menekankan, pemerintah berhati-hati dalam membuat kebijakan libur panjang pada akhir tahun. Sebab, pada Desember, jumlah hari kerja tercatat mengalami penurunan signifikan yakni dari 21 hari pada tahun lalu menjadi hanya 16 hari. Perhitungan ini berlaku apabila libur panjang jadi diberlakukan.

Pemerintah diketahui menetapkan libur hari raya Natal pada 24-25 Desember yang dilanjutkan cuti bersama akhir tahun pada 28-31 Desember sebagai pengganti libur Lebaran lalu. Hari libur ini masih ditambah dengan tanggal merah 1 Januari 2020 yang jatuh pada Jumat.

Pada Senin (23/11), Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta jatah cuti bersama akhir tahun nanti dikurangi. Permintaan ini disampaikan dalam rapat terbatas kabinet.

"Kemudian yang berkaitan dengan masalah libur, cuti bersama akhir tahun termasuk libur pengganti cuti bersama hari raya Idul Fitri, Presiden memberikan arahan supaya ada pengurangan," ujar Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam keterangan pers usai rapat terbatas, Senin (23/11).

Sebelumnya, wacana peniadaan cuti bersama akhir tahun sempat disampaikan Satgas Penanganan Covid-19 apabila masyarakat tetap abai menjalankan protokol kesehatan dan kasus baru tak kunjung melandai. Adanya libur panjang akhir tahun ditakutkan akan memperburuk risiko penularan Covid-19 yang tak kunjung usai.

Pakar Epidemiologi dari Universitas Griffith, Australia, Dicky Budiman mengatakan, dari awal sudah mengingatkan ke pemerintah untuk kuatkan 3T yaitu testing, tracing dan treatment. Sampai saat ini hal tersebut belum optimal. Sehingga kasus Covid-19 semakin naik setiap harinya.

"Ini tidak mengagetkan ya. Saya sudah ingatkan kalau kasus harian Indonesia itu mencapai 10 ribu. Itu estimasi terendah. Estimasi berdasarkan pemodelan epidemiologi. Yang artinya angka temuan sekarang yang 5 ribuan itu juga baru setengah estimasi pemodelan. PR-nya banyak sekali ya. Masih banyak orang yang tidak terdeteksi," katanya saat dihubungi Republika, Senin (23/11).

Kemudian, ia melanjutkan, pemerintah belum bisa mengendalikan mobilisasi masyarakat seperti demo, pilkada apalagi rencana akan ada pembukaan sekolah pada 2021. Kalau pola ini yang diterapkan pemerintah, tidak heran rumah sakit akan penuh lagi.

Strategi yang diterapkan pemerintah belum berhasil. Kurva akan naik terus dan banyak kematian akibat terkena virus Covid-19.

Menurutnya, kondisi mengendalikan kasus Covid-19 di Indonesia buruk. Nantinya, akan semakin banyak yang tertular dan terinfeksi.

"Bisa lebih buruk lagi apalagi kalau kami gagal dalam optimalkan 3M dan 3T. Maka dari itu, pemerintah harus perkuat 3T dan masyarakat memperkuat 3M nya. Ini harus secara konsisten. Di seluruh daerah harus kaya gini harus dipantau," kata dia.

Dicky menegaskan, libur panjang akhir tahun 2020 harus ditunda oleh pemerintah. Ia khawatir, kalau libur tersebut tidak ditunda akan banyak angka yang terkena Covid-19 dan kematian pun meningkat.

"Di bulan Desember itu tidak hanya masalah libur panjang tapi ada juga Pilkada. Nah, ini bagaimana? Saya hanya bisa narik napas panjang. Saya tidak bisa bayangin dengan fasilitas kesehatan (faskes) dan kematian yang semakin bertambah. Saya sarankan untuk tunda libur bersama dan diganti pada tahun depan," katanya.

photo
Lonjakan Kasus dari Libur Panjang - (Republika)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement