Jumat 20 Nov 2020 15:42 WIB

ACT Terus Pantau Kebutuhan Pengungsi Merapi

Pengungsi disiapkan tempat berupa bilik-bilik triplek untuk satu keluarga.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Aktivitas puncak Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat di Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (11/11/2020). Berdasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) periode (10/11/2020), tercatat kegempaan 54 guguran, 33 vulkanik dangkal, 63 hembusan dan 294 fase banyak.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Aktivitas puncak Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat di Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (11/11/2020). Berdasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) periode (10/11/2020), tercatat kegempaan 54 guguran, 33 vulkanik dangkal, 63 hembusan dan 294 fase banyak.

REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Naiknya status siaga (level III) Gunung Merapi membuat ribuan warga baik di DIY maupun di Jawa tengah harus mengungsi. Terutama, bagi warga kelompok rentan yang lokasi rumahnya ada dalam radius lima kilometer dari puncak Merapi.

Sejauh ini, total pengungsi hampir mencapai 2.000 jiwa yang tersebar di Kabupaten Sleman, Magelang, Boyolali, sampai Kabupaten Klaten. Sebagian besar pengungsi yang masuk kelompok rentan terdiri dari lanjut usia, anak-anak, ibu-ibu, dan difabel.

Di Magelang, salah satunya, Tim Relawan MRI-ACT DIY berkomitmen terus hadir memantau kondisi terkini para pengungsi. Sekaligus, memberikan bantuan berupa sembako, alas tidur beserta selimut, kebutuhan bayi, dan alat-alat kebersihan.

Di tempat pengungsian Desa Tamanagung, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, pengungsi disiapkan tempat berupa bilik-bilik triplek untuk satu keluarga. Para ibu-ibu hingga lansia ini sudah menempati bilik-bilik pengungsi selama dua pekan.

Kondisi rata-rata pengungsi di Magelang untuk kebutuhan logistik sudah cukup terpenuhi. Hal ini karena banyaknya kepedulian dari masyarakat, serta dari LSM atau lembaga pemerintah setempat yang turut aktif terus menyalurkan bantuan.

"Namun, kondisi ini akan terus kita pantau, sekiranya nanti kebutuhan-kebutuhan pokok pengungsi sudah mulai menipis akan segera kita suplai kembali," kata Koordinator Penyalur Bantuan Logistik ACT DIY, Fauzi.

Kendala yang dihadapi para pengungsi mulai dari rasa bosan. Biasanya, untuk mengusir rasa bosan tersebut ibu-ibu lebih sering berkumpul bersama untuk saling mengobrol dan ada juga yang meminta fasilitas Wifi bahkan televisi untuk hiburan.

"Jumlah pengungsi di sini 18 keluarga, dan sudah kita siagakan tempat pengungsian berkapasitas 170 keluarga, kebutuhan mendesak selain bantuan logistik obat-obatan ringan," ujar Kepala Dusun Gemer, Trimo Slamet, menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement