REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) bisa menjadi ancaman terjadi di posko pengungsian, sehingga Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah mengantisipasinya. Diantaranya telah membuat sekat pemisah barak pengungsian sekitar Gunung Merapi.
"Tempat pengungsian (di sekitar Gunung Merapi) sudah disekat antara setiap keluarga," kata Deputi Bidang Pencegahan BNPB Lilik Kurniawan saat berbicara di konferensi virtual update Gunung Merapi, Jumat (13/11) petang.
Ia menegaskan jangan sampai tempat pengungsian menjadi klaster baru Covid-19. Oleh karena itu, BNPB akan melakukan tes rapid antigen bagi relawan-relawan yang akan bekerja dan masuk dalam tempat evakuasi pengungsian. Ia menegaskan upaya ini penting dilakukan karena tempat-tempat ini diisi oleh kelompok rentan. Ia menyebutkan kelompok rentan ini yaitu orang yang lanjut usia, kemudian penyandang disabilitas, anak balita, ibu hamil, dan orang sakit.
"Kelompok rentan ini yang pertama kali yang dievakuasi dan sudah dilakukan," ujarnya.
Selain memastikan kondisi pengungsian sekitar Gunung Merapi, pihaknya juga memastikan jenis sirine yang menyalq di sana. Sebab, ia mengakui tidak menutup kemungkinan masyarakat setempat menggunakan kentongan dan aplikasi-aplikasi lain, bahkan pengumuman dilakukan melalui radio. Selain itu, ia menyebutkan BNPB juga akan memastikan jalur-jalur evakuasi.
"Sebab, banyak jalur evakuasi yang rusak karena mungkin ada aktivitas penambangan," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya mengimbau aktivitas penambangan pasir di aliran Sungai Gendol, Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta atau KRB3 bisa dihentikan sementara dan melihat perkembangan Gunung Merapi. "Kalau situasinya sudah aman, saya kira pemerintah juga tidak akan menghalangi aktivitas ekonomi," ujarnya.
Ia menambahkan, pihaknya berencana akan menggelar roadshow untuk melihat daerah-daerah ini kemudian baru bisa memastikan kondisinya aman.