Sabtu 14 Nov 2020 00:54 WIB

Siaga Level III, Aktivitas Merapi Meningkat Pekan Ini

Intensitas kegempaan Merapi pada pekan ini lebih tinggi dibandingkan pekan lalu.

Aktivitas puncak Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat di Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (11/11/2020). Berdasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) periode (10/11/2020), tercatat kegempaan 54 guguran, 33 vulkanik dangkal, 63 hembusan dan 294 fase banyak.
Foto: Antara/Aloysius Jarot Nugroho
Aktivitas puncak Gunung Merapi mengeluarkan asap putih terlihat di Selo, Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (11/11/2020). Berdasarkan data pengamatan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) periode (10/11/2020), tercatat kegempaan 54 guguran, 33 vulkanik dangkal, 63 hembusan dan 294 fase banyak.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Wahyu Suryana, Rr Laeny Sulistyawati, Silvy Dian Setiawan

Status aktivitas Gunung Merapi masih siaga atau level III. Pengamatan dari Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menunjukkan, aktivitas kegempaan pekan ini lebih tinggi dibandingkan pekan lalu.

Baca Juga

Kepala BPPTKG, Hanik Humaida mengatakan, dalam pekan ini tercatat 244 kali gempa vulkanis dangkal, 2.189 kali gempa fase banyak, sembilan kali gempa frekuensi rendah, 385 kali gempa guguran, 403 kali gempa embusan dan enam kali gempa tektonik.

"Intensitas kegempaan pada pekan ini lebih tinggi dibandingkan pekan lalu," kata Hanik, Jumat (13/11).

Hanik menuturkan, cuaca di sekitar Merapi umumnya cerah pada pagi, sedangkan siang sampai malam berkabut. Asap berwarna putih, ketebalan tipis sampai tebal dengan tekanan lemah, dan tinggi maksimum 250 meter dari Pos PGM Selo 8 November 2020.

Guguran teramati dari Pos PGM Babadan dengan jarak luncur maksimal tiga kilometer di sektor barat ke arah hulu Kali Sat 8 November 2020. Analisis morfologi area kawah berdasarkan foto udara 11 November 2020 tidak tunjukkan perubahan.

Perhitungan volume kubah lava berdasarkan foto udara 3 November 2020 sebesar 200.000 meter kubik. Deformasi Gunung Merapi yang dipantau menggunakan EDM pekan ini menunjukkan adanya pemendekan jarak sebesar 10 centimeter per hari.

Pekan ini terjadi hujan dengan intensitas curah hujan tertinggi 34 milimeter per jam selama 35 menit di Pos PGM Ngepos pada 11 November 2020. Tidak dilaporkan terjadi lahar maupun penambahan aliran di sungai-sungai berhulu di Merapi.

Atas peningkatan aktivitas vulkanis itu, status aktivitas Merapi masih ditetapkan siaga. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava, lontaran material vulkanis bila terjadi letusan eksplosif dan awan panas sejauh maksimal lima kilometer.

Pemkab Sleman, Magelang, Boyolali dan Klaten diminta mempersiapkan segala sesuatu terkait mitigasi bencana letusan Merapi yang bisa terjadi tiap saat. Penambangan di alur sungai-sungai berhulu Merapi dalam KRB III direkomendasikan dihentikan.

Selain itu, BPPTKG merekomendasikan pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB II, termasuk kegiatan pendakian ke puncak. Masyarakat diminta pula mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hukan di seputar Gunung Merapi.

"Jika terjadi perubahan aktivitas Gunung Merapi yang signifikan, maka status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali," ujar Hanik.

Terkait potensi dan kondisi Gunung Merapi, ia menegaskan situasinya masih sama seperti saat pihaknya menaikkan status gunung menjadi siaga pada 5 November 2020 lalu. Kendati demikian, pihaknya merekomendasikan beberapa hal, diantaranya masyarakat lebih siaga.

Pihaknya memberikan beberapa rekomendasi termasuk masyarakat bisa mengemas barang-barang berharga. Kemudian BPPTKG juga mengingatkan kembali Penambangan pasir di aliran Sungai Gendol, Gunung Merapi, Sleman, Yogyakarta, supaya tidak melanjutkan aktivitasnya karena risikonya sangat tinggi.

Selain itu, pihaknya juga meminta wilayah wisata supaya tidak melakukan kegiatan di puncak 3 kilometer. Pihaknya khawatir jika terjadi sesuatu pada gunung saat tempat ini dipadati pengunjung yang datang dari luar wilayah ini kemudian tidak pernah mendapatkan edukasi, maka ini bisa menjadi bahaya.

"Di sini untuk kebaikan kita bersama, jadi taati rekomendasi kami," katanya.

In Picture: Antisipasi Status Gunung Merapi, Stupa di Borobudur Ditutup

photo
 

Setelah status Gunung Merapi meningkat jadi siaga per Kamis (5/11), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta telah mengevakuasi warga yang tinggal di daerah bahaya sekitar gunung itu dan mendirikan barak pengungsian untuk penampungan sementara.

"Usai Gunung Merapi siaga, kami menerapkan rekomendasi termasuk melakukan evakuasi. Kami mengevakuasi 196 warga yang ada di Dusun Kalitengah Lor, Desa Glagaharjo," ujar Kepala BPBD DI Yogyakarta Biwara Yuswantana saat konferensi virtual update Gunung Merapi, Jumat (13/11) petang.

Ia menambahkan, wilayah ini merupakan daerah bahaya sehingga penduduk setempat telah diungsikan. Pihaknya juga telah mengantisipasi kemungkinan buruk jika gunung ini erupsi. Oleh karena itu, ia menyebutkan barak pengungsian yang tersebar di empat kecamatan di Kabupaten Sleman tersebut, yakni Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi dan Ngemplak kini telah diaktifkan.

Pihaknya juga menyiapkan barak di Dusun Gayam, bahkan barak di sektor tengah dan sektor barat juga akan dibuka. Hingga kini, pihaknya masih mendata dan tercatat ada 510 warga dan 146 di antaranya adalah kelompok rentan.

Polresta Kota Yogyakarta juga telah menyiagakan ratusan personel untuk menghadapi terjadinya potensi bencana. Termasuk menyiapkan lokasi untuk pengungsian bagi warga terdampak bencana.

"Total ada 1.400 (personel), yang akan kita siapkan sekitar 900 orang. Saat ini polsek juga sudah siaga. Pengamanan barang berharga dan evakuasi nanti juga akan dilakukan dibantu dari BPBD dan tim SAR," kata Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Purwadi Wahyu Anggoro, Kamis (12/11).

Wali Kota Yogyakarta, Haryadi Suyuti mengatakan, Yogyakarta memiliki potensi bencana seperti ancaman bahaya erupsi Gunung Merapi, puting beliung hingga tanah longsor. Terlebih, status aktivitas Merapi sendiri sudah naik ke level III atau siaga sejak 5 November 2020 lalu.

"Untuk menghadapi fenomena terjadinya bencana alam di akhir tahun 2020 dan di tengah pandemi Covid-19, tentunya kita harus menyikapi secara sungguh-sungguh dengan siap siaga, waspada dan antisipasi sedini mungkin," kata Haryadi.

In Picture: Akses Jalan Evakuasi Gunung Merapi Rusak

photo
 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement