Kamis 12 Nov 2020 20:54 WIB

Kapasitas Laboratorium Indonesia Belum Digunakan Optimal

Laboratorium di Indonesia mampu lakukan lebih dari 80 ribu tes spesimen Covid-19.

Laboratorium di Indonesia mampu lakukan lebih dari 80 ribu tes spesimen Covid-19 (Foto: ilustrasi)
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Laboratorium di Indonesia mampu lakukan lebih dari 80 ribu tes spesimen Covid-19 (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasehat Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Monica Nirmala, mengatakan, kapasitas laboratorium yang ada di seluruh Indonesia mumpuni dalam melakukan tes spesimen Covid-19. Bahkan, seluruh laboratorium sebenarnya mampu melakukan 80 ribu tes spesimen untuk mendeteksi Covid-19.

"Sebetulnya kapasitas dari laboratorium kita itu cukup kok, bahkan terakhir laporan dari Balitbangkes itu hampir 80.000, sebetulnya kapasitas tes dari laboratorium-laboratorium yang ada, artinya kapasitas ini belum digunakan secara optimal," kata Monica dalam diskusi virtual Optimisme Masyarakat Terhadap 3T di Jakarta, Kamis (12/11).

Baca Juga

Monica menuturkan, kapasitas laboratorium itu belum digunakan secara optimal, antara lain dikarenakan ada orang-orang yang sebetulnya bergejala dan pernah berkontak erat dengan kasus positif Covid-19. Namun, mereka tidak diperiksa atau mungkin takut diperiksa dan menghindari tenaga kesehatan.

Kemampuan testing di Indonesia saat ini masih belum mencapai target Badan Kesehatan Dunia (WHO), yakni satu orang dites dari 1.000 penduduk per pekan. Menurut Monica, jika dihitung dari jumlah populasi di Indonesia sekitar 273 juta jiwa, kira-kira perlu ada 39.000 orang yang dites per hari.

"Nah, memang di Indonesia ini cukup fluktuatif angkanya dan kita memang masih di bawah dari standar itu, kira-kira masih di 24 ribu atau 34 ribu per hari," ujar Monica.

Namun, jumlah pemeriksaan itu masih bisa ditingkatkan lagi dengan memaksimalkan seluruh kapasitas laboratorium yang ada di seluruh Indonesia. Kemudian juga partisipasi aktif masyarakat untuk berani melakukan tes jika ada gejala dan kontak erat dengan pasien COVID-19.

Menurut Monica, jika ingin meningkatkan jumlah testing perlu menyadarkan masyarakat jika menunjukkan gejala atau pernah berkontak erat dengan pasien COVID-19. Kemudian, perlu segera memeriksakan diri atau mencari pertolongan pertama ke tenaga kesehatan atau ke Puskesmas terdekat.

"Jangan malah ngumpet di rumah dan pikiran nanti juga sembuh sendiri, tapi kita harus berpikir bagaimana kita berkontribusi dan berpartisipasi dalam upaya pemutusan rantai penularan COVID-19 ini dengan dites," tuturnya.

Dia mengatakan, masyarakat tidak perlu takut untuk memeriksakan diri dalam mendeteksi COVID-19 atau jika ditanya oleh tenaga kesehatan terkait pelacakan kontak erat dengan pasien COVID-19. Masyarakat juga tidak perlu punya stigma terhadap mereka yang diperiksa atau yang terjangkit COVID-19.

"Jangan takut kalau tenaga kesehatan tanya-tanya berkontak dengan siapa dan juga untuk isolasi, kalau menjalankan isolasi jika memang positif atau menjalankan karantina setelah berkontak erat misalnya," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement