REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Perubahan cuaca dan iklim seharusnya tidak dianggap sepele oleh masyarakat. Fenomena seperti peningkatan suhu, curah hujan dan sebagainya perlu disikapi dengan serius.
Perubahan suhu yang lebih panas sebenarnya acap dibicarakan dalam kehidupan sehari-hari. Sayangnya, pembicaraan ini seringkali dianggap biasa oleh masyarakat Indonesia. Padahal problem ini seharusnya diperhatikan karena menyangkut masa depan bangsa dan dunia.
"Perubahan gradual (bertahap) terjadi, baik dari peningkatan suhu maupun distribusi hujan yang kacau. Sering kering dan banjir mendadak. Yang biasanya nggak terjadi jadi terjadi di satu tempat," kata Peneliti dari Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Profesor Daniel Murdiyarso dalam kegiatan diskusi daring.
Menurut Daniel, fenomena peningkatan suhu, distribusi hujan yang kacau dan sebagainya telah menunjukkan adanya bahaya. Jika masyarakat tidak waspada, maka suhu bisa naik dua derajat dalam waktu kurang 50 tahun. Itu artinya, suhu dunai akan semakin panas di masa mendatang.
Perubahan bertahap pada iklim dapat berdampak buruk terhadap habitat suatu ekosistem. Hutan akan semakin sering terbakar sehingga satwa kehilangan habitatnya lalu berdekatan dengan kehidupan manusia. "Kemudian es (di kutub) mencair," ungkap Guru Besar Ilmu Atmosfer dari IPB ini.
Masalah ini tidak boleh dianggap sekadar suhu meningkat dalam beberapa derajat. Namun, ini bukti bahwa perubahan iklim secara bertahap sudah tidak bisa dihentikan. Jika tidak mengantisipasinya dari sekarang, maka dampak yang akan didapatkan semakin besar.
Seperti diketahui, Indonesia merupakan negeri kepulauan dan mempunyai banyak pantai serta pulau kecil. Perubahan iklim akan menimbulkan kenaikan air setidaknya satu meter di pinggiran pantai. "Kalau sekarang investasi di tempat indah di pinggir pantai, hati-hati. Satu meter akan terendam. Jadi kita nggak bisa binis seperti biasa. Membangun sesuatu di pinggir pantai," ucapnya.
Daniel berharap, adanya keinginan kuat masyarakat dan negara serta dunia dalam menghadapi perubahan iklim. Segala upaya perlu dilakukan termasuk mengurangi emisi karbon melalui Paris Agreement. "Kita sangat berharap di sana ada political will. Amerika keluar dari Paris agreement, (kalau) politic will berubah, maka (semoga) Amerika akan balik lagi ke Paris Agreement," jelasnya.
Indonesia sendiri sudah memberikan komitmennya dalam menyikapi perubahan iklim sejak pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemudian semakin diperkuat di era pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) melalui Paris Agreement di 2016. Daniel berharap komitmen ini terus berlanjut sehingga emisi gas dapat berkurang.