Selasa 10 Nov 2020 18:44 WIB

Warga Enggan Pakai Vaksin, Satgas Kembali Pastikan Aman

Satgas Covid-19 mengatakan keamanan vaksin sudah diuji sercara berlapis.

Rep: Sapto Andika Candra / Red: Ratna Puspita
Ilustrasi Vaksin. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 kembali menekankan bahwa vaksin aman digunakan oleh masyarakat apabila sudah diproduksi secara massal nantinya.
Foto: MGIT4
Ilustrasi Vaksin. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 kembali menekankan bahwa vaksin aman digunakan oleh masyarakat apabila sudah diproduksi secara massal nantinya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 kembali menekankan bahwa vaksin aman digunakan oleh masyarakat apabila sudah diproduksi secara massal nantinya. Vaksin yang sudah masuk proses produksi dipastikan sudah mengantongi izin edar dari BPOM.

Pernyataan satgas ini merespons hasil survei yang dilakukan Populi Center terkait penerimaan masyarakat terhadap vaksin Covid-19. Hasilnya, 60 persen responden mengaku mau menggunakan vaksin dan sisanya, 40 persen, enggan menggunakannya. 

Baca Juga

Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan, keamanan vaksin sudah diuji sercara berlapis baik melalui uji praklinis hingga uji tiga kali uji klinis. Uji klinis pun sudah dilakukan terhadap ribuan subjek manusia dan diamati perkembangannya. 

"Vaksin ini merupakan virus yang dilemahkan dan pada prinsipnya vaksin tidak lah berbahaya. Apabila seseorang divaksinasi maka vaksin yang masuk ke dalam tubuh akan menstimulasi imunitas tubuh. Dan pemerintah memastikan bahwa vaksin covid aman digunakan oleh manusia," ujar Wiku dalam keterangan pers, Selasa (10/11).

Selain itu, Wiku mengatakan, manfaat vaksin jauh lebih banyak ketimbang potensi risiko yang muncul. Semakin luas cakupan vaksinasi, ujarnya, meningkatkan peluang terbentuknya herd immunity di tengah masyarakat. Orang yang divaksin  juga memberikan perlindungan bagi pihak lain yang tidak dapat mengakses vaksin karena alasan tertentu, misalnya faktor kesehatan. 

Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Unpad Kusnandi Rusmil mengatakan, pembuatan sebuah vaksin dimulai dari mencari antigen terhadap virus atau bakteri. Antigen atau bakal vaksin ini kemudian dilakukan uji kimia fisika. 

Dalam proses ini, peneliti akan melihat apakah bakal vaksin stabil atau tidak. Bila terbukti stabil, proses selanjutnya adalah masuk pre klinis atau pengujian terhadap binatang. 

Biasanya dilakukan dengan menyuntikkan bakal vaksin kepada tikus atau monyet. Setelah disuntik maka akan diamati respons organ tubuh binatang, terutama paru-paru, otak, pencernaan, dan lainnya. "Kalau sudah bagus dampaknya, baru bisa masuk uji klinis fase I pada manusia," kata Kusnandi. 

Uji klinis terbagi dalam tiga fase. Pertama, dilakukan terhadap subjek manusia sebanyak 80 sampai 100 orang. Pada proses ini, peneliti akan fokus pada aspek keamanan vaksin. 

Selanjutnya pada fase kedua, uji klinis dilakukan terhadap ratusan orang. Aspek yang diteliti adalah imunogenisitas dan keamanan serta dosis vaksinnya. Setelahnya, masuk ke fase tiga, uji klinis dilakukan terhadap ribuan orang. Biasanya dilakukan serentak di berbagai tempat. 

"Jadi kayak uji klinis fase III di Indonesia ini sama-sama dilakukan dengan Brazil, UEA, Turki, dan India. WHO akan melihat hasilnya sama tidak. Kalau sama, WHO berikan disposisi bahwa vaksin bisa digunakan di seluruh dunia," ujar Kusnandi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement