Selasa 10 Nov 2020 13:49 WIB

Korban Kebakaran Cideng Enggan Direlokasi ke Rusun

Warga korban kebakaran takut bakal terbeban biaya sewa rusun.

Rep: Febryan A/ Red: Bilal Ramadhan
Petugas kebersihan bersama warga sedang membersihkan puing-puing rumah di Jalan Raya Tanjung Selor, Kelurahan Cideng, Gambir, Jakarta Pusat, pada Ahad (8/11) pagi. Sebanyak 20 rumah di kawasan pemukiman padat penduduk itu terbakar pada Sabtu (7/11) kemarin
Foto: Pemkot Jakpus
Petugas kebersihan bersama warga sedang membersihkan puing-puing rumah di Jalan Raya Tanjung Selor, Kelurahan Cideng, Gambir, Jakarta Pusat, pada Ahad (8/11) pagi. Sebanyak 20 rumah di kawasan pemukiman padat penduduk itu terbakar pada Sabtu (7/11) kemarin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 81 warga Cideng, Jakarta Pusat kini terpaksa mengungsi di dua sekolah di sekitar lokasi kebakaran. Namun demikian, sejumlah warga mengaku enggan direlokasi ke rusun. Mereka ingin tetap tinggal di bantaran kali itu.

Salah satunya adalah Upik, yang rumahnya persis di sebelah rumah tempat api berasal. Upik tetap ingin tinggal di bantaran kali itu meski mengakui bahwa rumahnya itu tak memiliki izin maupun sertifikat tanah.

"Kalau ada bantuan, kami minta bantuan material saja untuk membangun rumah kembali. Jangan dipindah ke rusun," kata perempuan yang telah menetap di rumah bantaran kali itu sejak tahun 1992.

Upik menjelaskan, ia enggan pindah ke rusun karena takut mendapat hunian di lantai atas. Sebab dirinya tak sanggup lagi untuk menaiki tangga. "Saya sudah tua," kata perempuan 48 tahun itu.

Ayu (30 tahun), warga terdampak lainnya, juga mengaku enggan direlokasi ke rusun. Padahal, ia selama ini hanya mengontrak di rumah bantaran kali itu dengan biaya Rp 700 ribu per bulan.

Ayu beralasan karena sudah terlanjur nyaman tinggal di rumah bantaran kali itu. Selain itu, ia juga takut bakal terbeban biaya sewa rusun.  "Ya kita kan ekonominya susah. Saya takut nggak sanggup bayar bulanannya," kata Ayu yang suaminya bekerja sebagai pengumpul barang-barang bekas itu.

Ketua Karang Taruna RW 07 Kelurahan Cideng, Bernanda, mengatakan, Dinas Sosial hanya memberikan izin penggunaan sekolah sebagai tempat pengungsian hingga Jumat (13/11). Selaku penanggung jawab posko pengungsian, Bernanda belum mengetahui cara menampung para pengungsi selanjutnya.

"Persoalan ini masih dibicarakan Ketua RW dan Lurah," kata Bernanda.

Sejumlah warga berkata kepada Republika, setelah minggat dari posko pengungsian, mereka hendak mencari rumah kontrakan di sekitar kawasan itu.

Kebakaran melanda kawasan padat penduduk di Jalan Raya Tanjung Selor, Kelurahan Cideng, Gambir, Jakarta Pusat, pada Sabtu (7/11) sore. Akibatnya, 20 rumah hangus, 40 KK (200 jiwa) terdampak dan sedikitnya 81 orang mengungsi.

Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) DKI Jakarta Satriadi Gunawan mengatakan, kebakaran itu menghanguskan area dengan luas sekitar 480 meter persegi. Total kerugian diperkirakan sekitar Rp 1,44 miliar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement