Senin 09 Nov 2020 07:29 WIB

Wapres: Pendekatan Islam yang Akomodatif Dibutuhkan Saat Ini

Ajaran Islam dibawa dengan baik dan disesuaikan dengan budaya-budaya lokal.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Wakil Presiden Maruf Amin saat menghadiri Webinar Internasional Antar Rois Syuriah PCINU di berbagai dengan Tema Diplomasi Santri dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia, Selasa (15/9).
Foto: KIP/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin saat menghadiri Webinar Internasional Antar Rois Syuriah PCINU di berbagai dengan Tema Diplomasi Santri dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia, Selasa (15/9).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin menilai, pendekatan akomodatif menjadi pilihan dalam menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Ia mengatakan, dengan pendekatan akomodatif, ajaran Islam dibawa dengan tetap mengakomodasi budaya lokal yang ada di Indonesia. Hal itu kata Ma'ruf juga dilakukan oleh para ulama saat membawa Islam ke Indonesia.

"Kita tidak membawa sesuatu kemudian kita bawa ke sini, di sini yang tidak sesuai kita habisi semua, bukan gitu. Kita bawa ajaran Islam dengan baik, kita juga sesuaikan budaya-budaya lokal," ujar Ma'ruf saat menjadi narasumber dalam acara bertajuk Indonesia Damai Tanpa Khilafah, Senin (9/11) pagi.

Baca Juga

Ia menyebut, selama budaya lokal tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka akan diakomodasi. Namun, jika bertentangan, maka secara perlahan budaya lokal yang bertentangan dengan Islam diberi pemahaman yang benar.

Namun, hal itu kata Ma'ruf hanya dilakukan kepada mereka yang telah memeluk Islam. "Kalau masih bisa diberesi kita jadikan lagi sebagai budaya, semua seperti itu, itu sudah berjalan sejak Islam datang ke Indonesia dan sampai sekarang," ujar Ma'ruf.

Karena itu, Ma'ruf mengimbau kepada sekelompok orang yang memiliki pemahaman berbeda agar tidak memaksakan pemahamannya tersebut di Indonesia. "Bagi mereka yang belum bisa memahami ajaran itu, silahkan anda gunakan paham anda, tapi jangan membuat keributan, jangan (berpikir) bahwa yang tidak sesuai dengan anda itu salah, jangan seperti itu, tapi anda misalnya punya paham seperti itu ya monggo silahkan, bagimu mazhabmu bagi kami mazhab kami yang sudah diperoleh legitimasi dari para ulama," ujar Ma'ruf.

Karena itu, ia menginginkan model pendekatan akomodatif terus dipertahankan di Indonesia. Karena ia meyakini, pendekatan ini menjadi model relasi kemasyarakatan yang dibutuhkan negara global di tengah majemuknya bangsa maupun agama. 

Indonesia kata Ma'ruf, menjadi contoh negara dengan bangsa yang majemuk, namun mampu mengelola perbedaan  "Saya yakin model relasi kemasyarakatan seperti ini yang dicari di dunia ini, Eropa lagi ribut karena dia punya kebebasan tanpa batas, kita punya kebebasan tapi ada batasnya, bebas berekspresi tapi ada batas dan patokannya," ungkapnya.

Ia menyontohkan persoalan yang baru-baru ini terjadi di Prancis. Menurutnya, kebebasan berekspresi yang tidak diikuti dengan menghargai simbol dan nilai agama justru menjadi bumerang bagi kehidupan bernegara dim

"Kalau di Barat (terlalu) lepas maka terjadilah kegaduhan, seperti kemarin di Prancis, mereka makanya sedang mencari formula baru, saya bilang formulanya datang saja ke di Indonesia. Jadi kita budaya atau warisan nasional akan kita coba jual untuk menjadi kekayaan global," ungkapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement