Jumat 06 Nov 2020 23:15 WIB

Perpusnas Dorong Transformasi Perpustakaan

Perpustakaan tak hanya menjadi ruang membaca, tapi juga mengasah keterampilan.

Rep: Novita Intan/ Red: Satria K Yudha
Peserta mengikuti kegiatan pelatihan tata rias di Badung, Bali, Senin (10/8/2020). Kegiatan tersebut diselenggarakan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Badung sebagai program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensinya serta untuk memberikan keterampilan bagi warga sebagai upaya pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19.
Foto: Antara/Fikri Yusuf
Peserta mengikuti kegiatan pelatihan tata rias di Badung, Bali, Senin (10/8/2020). Kegiatan tersebut diselenggarakan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Badung sebagai program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial yang memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensinya serta untuk memberikan keterampilan bagi warga sebagai upaya pemulihan ekonomi yang terdampak pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perpustakaan Nasional (Perpusnas) terus mendorong program transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial. Perpustakaan kini tak hanya menjadi ruang untuk membaca, tapi juga bisa menjadi tempat bagi masyarakat untuk mengembangkan keterampilan. 

Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Nasional Deni Kurniadi mengatakan, perpustakaan kini menjadi tempat menumbuhkan kecakapan dan keterampilan kerja agar bisa memenuhi kebutuhan terhadap pengetahuan maupun kesejahteraan masyarakat.  

“Perpustakaan bisa digunakan sebagai tempat kelas pembelajaran bagi semua lapisan masyarakat (pelajar, mahasiswa, para pekerja dan lainnya), sehingga mengembangkan keterampilan berbasis potensi lokal agar masyarakat mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya,” kata Deni, Jumat (6/11). 

Menurut dia, masyarakat bisa memanfaatkan perpustakaan untuk mengembangkan kemampuan berwirausaha, termasuk menciptakan peluang kerja sehingga bisa meningkatkan pendapatan keluarga. Ia menambahkan, pengembangan layanan literasi berbasis inklusi sosial diharapkan dapat meningkatkan kemampuan literasi masyarakat agar kualitas hidup menjadi lebih baik. 

"Jadi, literasi memiliki kontribusi yang positif dalam rangka membantu menumbuhkan kreativitas, inovasi meningkatkan keterampilan dan kecakapan sosial yang sangat dibutuhkan pada era revolusi industri 4.0 saat ini,” jelasnya.

Dia berharap perpustakaan berbasis inklusi sosial menjadi wadah menemukan solusi dari permasalahan kehidupan dan memfasilitasi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Masyarakat dapat meningkatkan ilmu pengetahuan yang berimplikasi kepada kesejahteraan.

Program tranformasi telah berjalan sejak 2018 dan telah merambah 59 kabupaten dan 21 provinsi. Masyarakat yang berkegiatan di perpustakaan, lanjut Deni, mendapatkan pelatihan dan bimbingan, di antaranya mengenai kewirausahaan. 

“Mari kita jadikan perpustakaan sebagai tempat untuk memacu kreativitas dan inovasi guna mengkapitalisasi budaya lokal. Mengembangkan keterampilan berbasis potensi lokal agar mampu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga untuk meningkatkan kesejahteraan,” ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement