REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Lonjakan kasus positif Covid-19 di Pesantren Krapyak, Panggungharjo, Sewon, Bantul, Yugyakarta, mencapai 195 kasus. Lurah Panggungharjo, Wahyudi Anggoro, mengatakan, sebagian besar santri ini merupakan orang tanpa gejala (OTG).
Wahyudi menjelaskan, kasus pertama dari kasus ini berasal dari seorang santri yang kembali dari daerah asalnya. Santri ini mengalami gejala ringan dan dilakukan pemeriksaan. Pada 23 Oktober 2020 lalu, santri ini dinyatakan positif Covid-19. Dari satu santri ini, kata Wahyudi, menularkan ke santri lainnya dan pengasuh di Pesantren Krapyak.
"Pengasuh juga terpapar selang beberapa hari kemudian. Dari sana, kemudian (semakin) menyebar," kata Wahyudi kepada Republika melalui sambungan telepon, Jumat (6/11).
Dari total 195 kasus yang didapatkan di pesantren ini merupakan dua hasil dari dua kali pelacakan (tracing). Pelacakan pertama dilakukan pada 27 Oktober terhadap 288 orang lebih yang ada di pesantren tersebut.
Ditemukan 64 kasus positif dari pelacakan pertama ini. Sementara, pelacakan kedua dilakukan pada 3 November lalu dan ditemukan 131 kasus positif.
"195 kasus di Krapyak ini ada di dua kompleks. Jadi di Krapyak ini ada 18 kompleks, kasus positif yang ditemukan ada di dua kompleks," ujarnya.
Untuk isolasi yang terkonfirmasi positif Covid-19 sendiri dilakukan di salah satu gedung yang ada di kompleks pesantren. Isolasi tidak dilakukan di rumah sakit rujukan Covid-19 mengingat sebagian besar kasus yang merupakan OTG.
"Ada juga yang memiliki keluhan (gejala Covid-19), tapi keluhan ringan," jelasnya.
Kebutuhan santri dan pengasuh yang menjalani isolasi dipasok oleh pihak kelurahan bersama Pemkab Bantul. "Kebutuhan mulai dari semua kebutuhan pokok dan penunjang kita fasilitasi," katanya.
Wahyudi menuturkan, total santri yang ada di pesantren ini sekitar 8.000 santri. Namun, belum semua santri yang sudah kembali dari daerah asalnya.
Sekitar 2.800 santri yang saat ini sudah kembali ke Pesantren Krapyak. Untuk mencegah semakin meluasnya penyebaran Covid-19, kata Wahyudi, diberlakukan pembatasan aktivitas di lingkungan kompleks pesantren.
Juru Bicara Percepatan Penanganan Penularan Infeksi Covid-19 Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso, mengatakan, kasus dari pesantren ini sudah menjadi klaster baru penularan Covid-19. Terkait penanganan Covid-19 di institusi pendidikan yang berasrama, pihaknya sudah memberikan surat untuk menghentikan pemanggilan santri/pelajar dari daerah asal.
"Termasuk menghentikan penerimaan siswa baru," katanya.
Pihaknya juga meminta data terkait jumlah santri/pelajar di institusi pendidikan, terutama yang memiliki asrama. Data ini nantinya digunakan sebagai dasar untuk melanjutkan screening terhadap institusi pendidikan.
"Kita akan mempersiapkan untuk melanjutkan screening, nanti kita lanjutkan dengan testing bila diperlukan," ujarnya.
Selain itu, pimpinan institusi pendidikan berasrama seperti pondok pesantren juga dipanggil pada Jumat (6/11) ini. Pemanggilan dilakukan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pendidikan agar tidak menyebabkan penyebaran Covid-19 yang semakin meluas.
"Kenapa pondok pesantren, karena itu tempat pendidikan berasrama dan berisiko penularan (Covid-19) akibat adanya kerumunan. Siang ini akan diarahkan Pak Sekda tujuannya agar tidak terjadi perluasan penularan Covid-19 yang berasal dari tempat pendidikan," jelasnya.
Selain di Pesantren Krapyak, penularan Covid-19 juga terjadi di institusi pendidikan berasrama lainnya di Bantul. Ia menjelaskan, penularan Covid-19 terjadi di empat kecamatan lainnya di Bantul yaitu Kecamatan Piyungan, Banguntapan, Sewon dan Pajangan.
"Itu (penularan di empat kecamatan) yang kemarin terdeteksi itu pendidikan yang berasrama. Yang tidak berasrama baru ada di (Kecamatan) Pleret. Di Pleret ada klaster pendidikan juga, tapi tidak berasrama," tambahnya.